Berita

Aparat bentrok dengan pengunjuk rasa di Tbilisi/Net

Dunia

Bentrokan Pecah di Tbilisi, Pengunjuk Rasa Menentang RUU Agen Asing

KAMIS, 09 MARET 2023 | 06:27 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Lusinan orang terluka dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di dekat kantor parlemen, di ibu kota Georgia, Rabu (8/3).

Upaya aparat memadamkan kerusuhan yang dipicu oleh penentangan terhadap RUU agen asing itu berubah menjadi kekerasan selama berjam-jam. Setidaknya 66 orang telah ditahan atas kerusuhan itu, termasuk salah satu pemimpin oposisi Georgia, Zurab Japaridze.

Demonstrasi terjadi setelah anggota parlemen Georgia pada Selasa pagi memberikan dukungan awal mereka terhadap rancangan undang-undang tersebut, yang mengingatkan pada undang-undang Rusia yang digunakan untuk menindak perbedaan pendapat.


Kemarahan ribuan massa, yang selama berhari-hari berkerumun di dekat kantor parlemen, di Tbilisi, pecah pada Rabu sore. Polisi yang telah memasang pagar pembatas dan berjaga sejak Rabu pagi, berusaha untuk menghalau dan membubarkan kerumunan tetapi gagal.

Demonstran mulai melemparkan berbagai barang ke arah polisi anti huru hara. Polisi akhirnya menggunakan gas air mata.

Beberapa jam kemudian, politisi oposisi Georgy Vashadze mendesak para pengunjuk rasa untuk memblokir pintu masuk ke gedung parlemen untuk mencegah para legislator tiba untuk sesi yang dijadwalkan pada Kamis.

Kerusuhan terus berlanjut hingga Rabu malam. Mereka terus mengecam undang-undang yang akan mewajibkan setiap organisasi yang menerima lebih dari 20 persen pendanaan dari luar negeri untuk mendaftar sebagai “agen asing” atau menghadapi denda yang besar.

Kritikus mengatakan itu mengingatkan pada undang-undang tahun 2012 di Rusia yang sejak itu digunakan untuk menindak perbedaan pendapat.

Presiden Salome Zourabichvili, yang mengatakan dia akan memveto undang-undang itu jika melintasi mejanya, mengatakan dia berada di pihak pengunjuk rasa.

“Anda mewakili Georgia yang bebas, Georgia yang melihat masa depannya di Barat, dan tidak akan membiarkan siapa pun mengambil masa depan ini,” katanya.

Rusia dipandang sebagai musuh oleh banyak orang Georgia, setelah Moskow mendukung separatis di wilayah Georgia yang memisahkan diri dari Abkhazia dan Ossetia Selatan pada 1990-an.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya