Berita

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng/Net

Publika

Cepat atau Lambat Masyarakat Jakarta Berhenti Menggunakan BBM

SENIN, 06 MARET 2023 | 17:54 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MENGAPA? Ada beberapa alasan. Alasan paling cepat adalah tidak ada tempat lagi di DKI Jakarta untuk menampung BBM, daerah ini telah dipadati penduduk setiap meternya, dan jelas tidak ada tempat lagi atau tempat yang cukup luas yang sangat dibutuhkan dari sisi keamanan atau safety untuk menampung BBM sekita 26 juta liter setiap harinya.

Jika melihat volume pembakaran BBM DKI Jakarta, maka daerah ini adalah yang paling lahap mengosumsi BBM, tidak mungkin dapat berhemat dikarenakan kemacetan yang setiap hari bertambah sesak, kendaraan bagaikan parkir di jalanan sehingga memicu borosnya penggunaan BBM.

Selain itu gaya hidup masyarakat DKI Jakarta yang dipenuhi para birokrat kelas atas dan pengusaha papan atas yang memang doyan mobil-mobil mewah yang sangat rakus BBM, akan membuat kebutuhan Jakarta tidak dapat dipenuhi dengan kapasitas penampungan yang tersedia. Apalagi nanti terminal BBM tidak bisa dibangun di Jakarta karena tidak ada tempat lagi.

Apalagi pasca-kebakaran depo Pertamina Plumpang yang dipadati penduduk yang mendiami tanah negara di sekitarnya, menjadi hikmah yang besar bahwa Jakarta memang harus beralih dari BBM ke non-BBM sebagai kebutuhan mobilitas mereka.

Masyakat daerah ini adalah yang paling kaya dan paling mampu untuk move on dengan cepat ke non-BBM. Penduduk Jakarta merupakan tempat berkumpul birokrat dan pengusaha kaya raya.

Komitmen Elektrifikasi DKI Jakarta

Kebakaran depo BBM milik negara di Pelumpang tentu saja harus diambil hikmahnya. Dan hikmah yang paling penting adalah mengurangi atau menghentikan sama sekali penggunaan bahan bakar fosil di DKI Jakarta yang sangat rakus BBM.

Secara keuangan, Pertamina tidak akan mampu membeli lahan sedikitnya 200 hektare di DKI Jakarta untuk menampung BBM sekitar 26 juta liter setiap harinya.

Pemerintahan Jokowi memiliki minat besar pada penggunaan mobil listrik. Upaya ini telah ditunjukkan oleh pemerintah dengan menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) 7/2022 tentang penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas operasional dan atau kendaraan perseorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pemerintah DKI sendiri dalam APBD tahun 2023 telah merencanakan mengganti kendaraan  pemerintah dengan ratusan mobil listrik.

Jika langkah Pemda DKI ini diikuti oleh semua intstansi tingkat pusat, maka separuh masalah kendaraan BBM berpolusi di DKI Jakarta akan terselesaikan. Selain itu Pemda DKI juga telah memberlakukan jalan berbayar dengan pengecualian kendaraan listrik.

Sementara listriknya sendiri sebagaimana dikatakan pemerintah, akan dialirkan langusung dari listrik bersih panas bumi dari Kamojang. Listrik ini dihasilkan dari kolaborasi antara dua BUMN besar, yakni Pertamina dan PLN. Ini langkah yang bagus bagi Jakarta mempercepat net zero emission (NZE).

Jika langkah Pemda DKI diikuti oleh pemerintah daerah lainnya, maka komitmen secara nasioanal bagi transisi energi akan meningkat dengan cepat. Target pemerintah mengurangi emisi karbon pada scope 3  sebagaimana janjimya terhadap Cop26, G20 Bali, JETP, dapat terealisasi.

Scope 3 ini adalah perjanjian mengurangi emisi pengguna akhir dan yang paling besar kontribusinya adalah BBM berkualitas rendah.

Tinggal mengatasi habit para pejabat tinggi negara dan orang-orang kaya DKI Jakarta yang notabene pemilik mobil-mobil mewah, pemilik sebagian besar moge, dan berbagai jenis kendaraan yang sangat boros bahan bakar, untuk beralih ke mobil mewah non-BBM.

Kebiasaan mereka menggunakan mobil mewah super mahal berbahan bakar BBM tidak menguntungkan daerah ini. Orang orang seharusnya bisa beralih ke mobil listrik dengan cepat karena uang mereka melimpah dan mampu berkontribusi pada lingkungan DKI Jakarta yang lebih baik.

Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

UPDATE

Perindo Mantap Dukung Duet Khofifah-Emil

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:56

Rupiah Kembali Perkasa ke Rp15.982 per Dolar AS

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:56

Johnny Depp Kemungkinan Besar akan Bermain Kembali di Pirates of the Caribbean 6

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:42

Dugaan Asusila Ketua KPU, DKPP Juga Hadirkan Desta

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:25

Usai Pabrik Tutup, Sepatu Bata Bakal Kumpulkan Para Pemegang Saham Dalam Waktu Dekat

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:23

Irlandia Bersiap Akui Negara Palestina, Israel Tidak Terima

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:18

Larangan Study Tour Pelajar Tidak Tepat

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:10

PBB Cabut Gugatan Sengketa Pileg Dapil Jayawijaya

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:09

OJK Dorong Peningkatan Literasi Keuangan untuk Para Guru

Rabu, 22 Mei 2024 | 11:06

Kasus Pungli Rutan, KPK Dalami Peran Azis Syamsuddin

Rabu, 22 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya