Perdana Menteri China Li Keqiang/Net
Pemerintah China kembali mengumumkan bahwa pengeluaran militernya akan ditingkatkan akibat dari meningkatnya ancaman asing.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan kepada delegasi Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada Minggu (5/3), ancaman eksternal untuk menekan dan menahan China sedang meningkat, oleh karenanya militer juga membutuhkan energi yang lebih besar.
Anggaran yang direncanakan negara untuk tahun ini menempatkan pengeluaran pertahanan sebesar 1,55 triliun yuan (225 miliar dolar AS), naik 7,2 persen dan tingkat kenaikan tercepat sejak 2019.
"Angkatan bersenjata harus mengintensifkan pelatihan militer dan kesiapsiagaan secara menyeluruh," kata Li saat mempresentasikan laporan kerja tahunan pemerintah kepada ribuan delegasi yang berkumpul di Balai Besar Rakyat Beijing, seperti dikutip dari
AFP."Militer harus mengabdikan energi yang lebih besar untuk pelatihan dalam kondisi pertempuran, dan memperkuat kerja militer di semua arah dan domain," tambahnya.
Pengeluaran pertahanan China sebenarnya masih kalah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, yang telah mengalokasikan lebih dari 800 miliar dolar AS untuk militernya tahun ini.
Tetapi para analis mengatakan Beijing mungkin menghabiskan lebih banyak uang daripada jumlah yang diumumkan secara resmi.
Niklas Swanstrom, direktur lembaga nirlaba yang berbasis di Stockholm, Institute for Security and Development Policy, mengatakan Beijing tampaknya berinvestasi dalam kapasitasnya untuk mengambil alih Taiwan dan menjauhkan AS dari wilayah tersebut.
"Kami memiliki perlombaan senjata militer di Asia Timur Laut, dan persenjataan China mendorong kemajuan ini," kata Swanstrom.
James Char, seorang ahli militer China di Universitas Teknologi Nanyang Singapura menunjukkan bahwa beberapa negara di Asia meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka, sebagian karena persepsi ancaman mereka masing-masing terhadap lanskap keamanan regional.