Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba dalam pertemuan bilateral di Istana Kepresidenan di Libreville, pada Rabu, 1 Maret 2023/AFP
Kebijakan intervensi Prancis di Afrika yang didasarkan pada sejarah masa lalu, telah berakhir.
Hal itu ditekankan Presiden Prancis Emmanuel Macron selama tur empat negara Afrika yang dimulai pada Rabu (1/3).
Setibanya di Gabon, Macron mengatakan bahwa Prancis saat ini merupakan mitra yang netral dan berjanji tak akan mengganggu masalah dalam negeri Afrika lagi.
"Prancis adalah lawan bicara yang netral, yang berbicara kepada semua orang, dan yang perannya tidak mengganggu. masalah politik dalam negeri," ujar Macron, seperti dimuat
African News pada Kamis (2/3).
Tur Macron ke Afrika bertujuan untuk menghangatkan kembali hubungan Prancis dengan benua Afrika, di tengah gelombang permusuhan di antara bekas koloninya di Sahel.
Menjelang kunjungannya, Macron mengungkap akan ada pengurangan dalam kehadiran pasukan Prancis di Afrika dalam beberapa bulan mendatang dan fokus yang lebih besar pada pelatihan dan perlengkapan pasukan negara-negara sekutu.
Macron bersikeras bahwa keputusan reorganisasi itu bukan penarikan atau pelepasan, tetapi mengadaptasi pengaturan dengan sekutu.
Setelah dari Gabon, pada Kamis sore (2/3) Macron berangkat ke Angola, sebelum melakukan perjalanan pada Jumat (3/3) ke Republik Kongo dan negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo.