Berita

Jurnalis dari surat kabar Dainik Dinkal saat melakukan aksi protes pada Senin, 20 Febuari 2023/VOA

Dunia

Tutup Satu-satunya Surat Kabar Oposisi, Pemerintah Bangladesh Dikritik Masyarakat Internasional

JUMAT, 24 FEBRUARI 2023 | 14:55 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Penutupan satu-satunya surat kabar partai oposisi utama Bangladesh pada pekan ini memicu kemarahan dari komunitas media dan kelompok ham internasional.

Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina menjelang pemilu, surat kabat Dainik Dinkal, yang aktif mengkritik pemerintah itu telah ditangguhkan operasinya dengan berbagai alasan yang telah memicu banyaknya kecaman.

Salah satu yang turut mengecam adalah Carlos Martinez de la Serna, Direktur Program dari Committee to Protect Journalist (CPJ) yang berbasis di New York. Ia mengeluarkan tanggapannya kepada pemerintah Bangladesh atas penutupan media tersebut.

"Penutupan Dainik Dinkal adalah serangan terang-terangan terhadap kebebasan media menjelang pemilu nasional Bangladesh pada Januari 2024," kata Serna.

Menurutnya, tindakan tersebut juga telah mencederai prinsip-prinsip demokrasi yang dianut oleh negara itu. Ia pun mendesak pembukaan kembali media kritis terakhir yang tersisa di Dhaka itu.

"Kami meminta Dewan Pers Bangladesh untuk meninjau kembali peraturannya dan menjunjung tinggi arus informasi yang bebas," kata Serna dalam pernyataan CPJ.

Seperti dimuat VOA News pada Jumat (24/2), sejak Januari pemerintah di bawah PM Hasina telah menutup 191 portal berita yang dituduh menyebarkan propaganda melawan negara, dengan ratusan orang dan jurnalis ditangkap dan  didakwa karena telah merugikan citra negara.

Tindakan tersebut dikecam oleh wakil presiden advokasi dan litigasi internasional di Hak Asasi Manusia Robert F. Kennedy, Angelita Baeyens, ia menentang kebebasan pers yang direnggut oleh pemerintah Hasina, menjelang pemilu 2024.

"Pemilu yang bebas dan adil juga membutuhkan ruang publik yang terbuka dan media yang bebas, termasuk media yang memiliki garis editorial oposisi," kata Baeyens kepada VOA.

Saat ini, sebagian besar media yang beroperasi di  negara itu telah dikendalikan oleh kelompok bisnis pro-pemerintah, yang jarang menerbitkan berita-berita yang menyoroti pemerintahan PM Hasina. Hal tersebut membuat pemerintah yang berkuasa mendapatkan pandangan negatif dari internasional.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya