Radio Begum, salah satu stasiun yang beroperasi di Afghanistan/Net
Sekitar 117 stasiun radio Afghanistan telah ditutup di bawah rezim Taliban, yang telah berdampak pada sekitar 1.900 orang yang telah kehilangan mata pencahariannya di industri tersebut.
Laporan tersebut dirilis oleh Persatuan Jurnalis Independen Afghanistan (AIJU) pada Senin (13/2), tepat pada peringatan Hari Radio Sedunia.
Menurut AIJU, sebanyak 345 stasiun radio yang beroperasi di Afghanistan mempekerjakan hampir 5000 orang, termasuk 1200 wanita di dalamnya, sebelum Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 lalu dan meruntuhkan ekonomi Kabul.
“(Namun) karena masalah ekonomi, 117 radio berhenti mengudara dan 1.900 pekerja radio kehilangan pekerjaan, yang 1.075 pekerjanya adalah perempuan,†kata laporan yang dirilis AIJU.
Saat ini, menurut laporan tersebut, hanya ada 223 saluran radio, dengan 1881 pekerja yang didalamnya hanya tersisa 163 wanita yang masih terus bekerja dan bertahan di industri penyiaran itu.
Mengutip laporan dari
La Prensa Latina, kembalinya Taliban telah menyebabkan kebebasan pers di Afghanistan terus memburuk, dengan meningkatnya sensor, represi, dan juga penyalahgunaan media dan jurnalis.
Pada November tahun lalu, misi Perserikatan Bangsa Bangsa di Afghanistan (UNAMA) dalam laporannya juga mengatakan ada lebih dari 200 jurnalis yang mengalami pelecehan, seperti penangkapan sewenang-wenang dan ancaman di Afghanistan sejak Taliban berkuasa.
Selain itu krisis ekonomi juga telah berkontribusi aktif atas banyaknya penutupan stasiun radio di Kabul, karena dana negara yang telah dibekukan oleh organisasi internasional, untuk mengamankan aset negara dari Taliban.