Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Ribuan Ibu Hamil Rusia Berbondong-bondong Masuki Argentina

SENIN, 13 FEBRUARI 2023 | 16:39 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Ribuan ibu hamil Rusia berbondong-bondong memasuki Argentina dalam beberapa bulan terakhir, termasuk lebih dari 30 wanita hamil yang pergi dalam satu penerbangan pada Kamis pekan lalu.

Laporan ini dikeluarkan oleh BBC pada Senin (13/2), yang menyebut kedatangan mereka terjadi di minggu-minggu terakhir kehamilan, yang diyakini sengaja dilakukan untuk mendapatkan kewarganegaraan Argentina.

Lebih dari 5000 wanita hamil Rusia tercatat telah meninggalkan negaranya untuk pergi ke negara itu. Jumlah tersebut dikatakan semakin meningkat, karena mereka tidak ingin bayinya lahir di negara yang sedang terkena serentetan sanksi Barat akibat perang di Ukraina.


"Dalam kasus ini terdeteksi bahwa mereka tidak datang ke sini untuk terlibat dalam kegiatan pariwisata. Mereka mengakuinya sendiri," kata kepala agen migrasi Florencia Carignano.

Pemilihan Argentina sendiri didasarkan oleh asas ius soli yang dianut Negeri Tango, yang berarti setiap bayi yang lahir di wilayah Argentina dapat memperoleh kewarganegaraan dari negara itu, meski orang tua dari bayi itu merupakan warga negara asing.

Dalam laporannya, petugas imigrasi itu mengonfirmasi pengakuan dari wanita Rusia, bahwa mereka menginginkan anaknya memiliki paspor yang bebas memasuki 171 negara tanpa visa.

Sementara saat ini, orang Rusia hanya dapat melakukan perjalanan bebas visa ke 87 negara, karena sejumlah pembatasan. Selain itu memiliki anak Argentina juga disebut dapat mempercepat proses kewarganegaraan baru bagi orang tua.


Situs Web Tawarkan Layanan Wisata  Kelahiran

Dalam penelusurannya, BBC menemukan situs web berbahasa Rusia, yang mengiklankan rencana kelahiran yang dipersonalisasi, penjemputan di bandara, pelajaran bahasa Spanyol, dan diskon biaya menginap di rumah sakit terbaik di ibu kota Argentina.

Iklan itu kemungkinan telah membuat ribuan ibu hamil tersebut tertarik dan melakukan perjalanan ke Argentina.

"Paket berkisar dari 'kelas ekonomi', mulai dari 5.000 dolar AS (Rp 76 juta), hingga 'kelas satu', mulai dari 15 ribu dolar (Rp 228 juta)," lapor penelusuran BBC.

Menanggapi laporan itu, polisi Argentina telah melakukan penggerebekan pada Sabtu (11/2) kemarin, sebagai bagian dari penyelidikan terhadap bisnis jutaan dolar dan jaringan gelap di negaranya. Bisnis itu juga diyakini telah memberikan dokumen palsu kepada wanita hamil Rusia.

Tidak ada penangkapan yang dilaporkan, akan tetapi polisi mengatakan telah menyita laptop, tablet, dokumen imigrasi serta sejumlah besar uang tunai ratusan juta rupiah, yang diyakini hasil dari layanan tersebut.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya