Berita

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov/Net

Dunia

Lavrov: AS Telah Mengakui sebagai Dalang atas Ledakan Pipa Nord Stream

SENIN, 13 FEBRUARI 2023 | 07:53 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pejabat AS pada dasarnya telah mengakui bahwa mereka berada di balik  ledakan pipa Nord Stream. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan hal itu dalam sebuah wawancara Minggu (12/2).

Bahkan, saat  ini para pejabat itu tengah membicarakannya dengan suka cita, tambahnya.

AS menyabotase pipa Nord Stream untuk menghancurkan hubungan baik antara Rusia dan negera-negara yang terkait dengan kerja sama Nord Stream, juga untuk merusak sumber daya energi Rusia dan teknologi Jerman yang mulai mengancam monopoli banyak perusahaan Amerika.

"Ada aspek di sini yang terkait dengan fakta bahwa persahabatan antar negara, rekonsiliasi nasional di antara mereka, seperti yang terjadi antara Rusia dan Jerman, telah menjadi sakit mata bagi mereka yang tidak ingin ada orang yang muncul di suatu tempat di planet ini, yang akan bersaing dengan hegemon utama," ujar Lavrov, seperti dikutip dari TASS.

Komentar Lavrov datang setelah seorang jurnalis AS dalam laporan investigasinya mengungkapkan dalang di balik ledakan pipa Nord Stream. Seymour Hersh, menyebut bahwa Angkatan Laut AS terlibat dalam peledakan tersebut dengan bersembunyi di balik latihan NATO Baltops pada musim panas 2022.

Penyelam Angkatan Laut AS menanam bahan peledak di bawah pipa Nord Stream, kata Hersh dalam laporannya. Menurut Hersh, Biden memutuskan untuk menyabotase Nord Stream setelah lebih dari sembilan bulan melakukan diskusi rahasia dengan tim keamanan nasional. Hal yang kemudian dibantah keras oleh Gedung Putih.

Sputnik telah  menganalisis data Flightradar24 yang menunjukkan bahwa pesawat angkatan laut AS dan Jerman secara teratur mengitari lokasi ledakan di jalur pipa Nord Stream selama latihan NATO Baltops 22 musim panas lalu.

Ledakan  pipa terjadi pada 26 September 2022 di tiga dari empat rangkaian  pipa bawah air Nord Stream 1 dan 2 yang  dibangun untuk membawa gabungan 110 miliar meter kubik gas Rusia ke Eropa setiap tahunnya.

Insiden tersebut menghentikan pengiriman gas ke Jerman menjelang musim dingin, mendorong kenaikan harga gas dan perebutan sumber alternatif di Uni Eropa.

Jerman,  Denmark , dan  Swedia,  meluncurkan penyelidikan terpisah atas sabotase tersebut, dengan media Jerman melaporkan masalah kepercayaan di antara ketiga negara UE. Kantor kepala kejaksaan Rusia mengatakan telah membuka penyelidikan terhadap kemungkinan terorisme internasional.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya