PRIHATIN, Anggota Densus 88 Polri, Bripda Haris Sitanggang (37) merampok sopir taksi online, Sony Rizal (59). Caranya sadis. Korban dihujani pisau beberapa kali, terakhir tusukan di leher. Tewas seketika di TKP.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada pers, Selasa (7/2) mengatakan: "Motifnya masalah ekonomi pribadi pelaku. Kini tersangka ditahan di Polda Metro Jaya."
Kronologi: Senin, 23 Januari 2023 sekitar pukul 03.00, Haris pesan taksi online secara offline. Ketemu sopir taksi, Sony, di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. HS mengaku tidak punya aplikasi taksi online.
HS menyebutkan tujuannya pulang ke Depok. Jarak titik lokasi ke Depok sekitar 40 kilometer. Sekaligus, Haris mengatakan tidak punya uang, dan akan membayar di tempat tujuan.
Sony ternyata setuju. Dengan jarak itu tarif sekitar Rp 300 ribu. Mobil Toyota Avanza merah nomor polisi B 1739 FZG melaju ke arah Depok.
Tiba di Perumahan Bukit Cengkeh I, Depok, Haris membunuh Sony. Diduga, Sony melawan, berdasarkan saksi mata, petugas security perumahan itu, Suryanto.
Suryanto: "Sekitar pukul 04.30 WIB datang mobil Avanza warna merah. Dari arah Bukit Cengkeh II. Berhenti sekitar 20 meter dari pos kami ini."
Mobil itu menarik perhatian, karna di pagi buta itu membunyikan klakson berkali-kali, dengan tekanan penuh. Itu tanda terjadi sesuatu di dalam mobil. Juga, menurut Suryanto, bodi mobil bergoyang, tapi penumpang tidak keluar.
Suryanto jaga sendirian. Mungkin ia grogi mendekati, karena terdengar suara lelaki minta tolong dari dalam mobil. Ia lalu menstarter motor, menemui petugas security di pos lain di komplek tersebut. "Sekalian minta kunci, buka portal untuk mendekati mobil itu," katanya.
Saat Suryanto dan temannya balik lagi ke titik mobil tersebut, mereka melihat tubuh korban tergeletak di luar mobil di sisi kanan depan. Berlumuran darah.
Dua security itu memeriksa area sekitar yang sepi. Mencari pelaku. Tapi, tidak ada seorang pun. Tapi itu tidak lama. Dalam sekejap warga berdatangan menonton kondisi korban. Sebab, semula ada klakson mobil bertalu-lalu.
Ketua RT setempat, Riko Marjoni mengatakan, korban sudah pingsan. Darah banjir di sekitar tubuhnya. Sebilah pisau masih nancap di leher.
Akhirnya polisi tiba di lokasi atas pemberitahuan warga. Polisi mengolah TKP. Di dalam mobil ditemukan tas ransel dan dompet milik pelaku, selain pisau yang tertancap.
Soal pisau, saksi mata penonton rekonstruksi kasus itu oleh Polres Depok, mengatakan ke pers, pisau itu bertulisan: "Datasemen Khusus 88 Anti Teror". Panjang sejengkal orang dewasa. Gagang hitam. Pada bagian yang tumpul, bergerigi. Tapi, saksi yang keberatan disebutkan namanya itu mengatakan, ia tidak tahu apakah itu asli milik Densus 88 atau palsu.
Dikonfirmasi wartawan soal ini, Kapolres Depok, Kombes Ahmad Fuady mengatakan: "Maaf, untuk kasus ini sudah ditangani Polda Metro Jaya."
Dompet pelaku yang tertinggal di mobil, ada kartu identitas. KTA Polri atas nama Bripda Haris, anggota Densus 88 Polri.
Segera polisi berkoordinasi dengan Densus 88. Kemudian, di hari itu juga, Haris ditangkap rumahnya di Puri Persada, Desa Sindang Mulya, Bekasi, Jabar sekitar pukul 16.30 WIB.
Sedangkan korban Sony beralamat di Tambun Selatan, Bekasi, Jabar. Pelaku dan korban sama-sama warga Bekasi.
Polda Metro Jaya mengumumkan penangkapan Haris, sekaligus mengungkap, perampokan bermotif ekonomi. Tersangka hendak menguasai mobil korban. Pengumuman Selasa, 7 Februari 2023, atau 15 hari setelah penangkapan.
Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Selasa, 7 Februari 2023, mengatakan, mendukung anggotanya ditangani secara hukum oleh Polda Metro Jaya. "Hukum tersangka secara adil," katanya.
Kombes Aswin: "Profil tersangka Bripda HS ini telah beberapa kali melakukan pelanggaran. Sudah diberi peringatan."
Dijelaskan, Bripda Haris pernah menipu uang sesama anggota polisi. Juga menipu uang anggota masyarakat. Punya utang dalam jumlah besar (tidak disebut nominal). Dan, pernah tertangkap tangan saat main judi online.
Pengacara keluarga korban Sony, Jundri R Berutu, kepada pers menyoal beberapa hal yang ganjil di pengungkapan polisi di kasus ini. Janggal, karena polisi belum mengungkap secara detil.
Jundry: "Berdasar keterangan polisi, klien kami, almarhum Pak Sony ambil penumpang di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, menuju Depok. Bagaimana caranya bisa secara offline? Juga disebutkan, waktu itu pelaku mengaku ke Pak Sony, bahwa pelaku tidak punya uang. Mengapa Pak Sony mau?"
Lalu, soal luka tusuk pada korban. Bertubi-tubi. Ada di dada, lengan, punggug, dan leher, dengan posisi pisau masih tertancap. Jundry heran cara pelaku menusuk sebanyak itu di dalam kabin mobil yang terbatas. Juga, mengapa sampai bertubi-tubi?
Lanjut Jundry: "Barang-barang pelaku tertinggal di dalam mobil, berupa identitas pelaku, pisau, tas ransel, termasuk kartu identitas Polri. Nah, pelaku ini 'kan anggota Polri yang terlatih. Kok bisa?"
Lantas, soal motif yang berdasar pengumuman Polri bermotif ekonomi. "Kata penyidik, motifnya ekonomi, pelaku niat untuk mencuri kendaraan. Tapi, mobil dam dompet korban masih ada."
Terakhir, Jundry menyoal, bagaimana cara pelaku menghilang dari TKP yang sepi itu? Karena, gerakan pelaku sangat mungkin diketahui warga yang cepat berkerumun.
Tapi, soal yang terakhir ini tampaknya tidak relevan disoal. Di wilayah itu tidak dilewati kendaraan umum. Pelaku yang sudah terlatih di Polri, bisa saja menyelinap dengan cepat, jalan kaki menuju Jalan Raya Jakarta-Bogor (sekitar 1,5 kilometer dari TKP). Kemudian naik kendaraan umum.
Hal-hal yang disoal Jundry memang misterius. Karena, polisi belum mengungkap detil. Pihak Jundry menunggu polisi mengungkap semuanya, transparan.
Penulis adalah wartawan senior