Paus Fransiskus tiba di bandara di Juba, Sudan Selatan pada Jumat, 3 Februari 2023/Net
Seruan damai disampaikan Paus Fransiskus saat melakukan pertemuan dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir selama kunjungannya pada Jumat (3/2) waktu setempat.
Dalam pidato pertamanya di tanah Sudan Selatan, Paus memperingatkan para pemimpin politik negara itu bahwa sejarah akan menghakimi mereka dengan keras jika mereka terus berlambat-lambat menerapkan perjanjian perdamaian 2018.
“Presiden dan Wakil Presiden yang terkasih, atas nama Tuhan, Tuhan yang kita doakan bersama di Roma, Tuhan yang lembut dan rendah hati, Tuhan yang dipercaya oleh begitu banyak orang di negara tercinta ini, sekarang adalah waktu untuk mengatakan, 'tidak lebih dari ini,' tanpa jika atau tetapi. Tidak ada lagi pertumpahan darah,†kata Paus, seperti dikutip dari
Africa News, Sabtu (4/2).
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan dari mayoritas Muslim Sudan pada tahun 2011, tetapi telah dilanda perang saudara dan konflik.
Para pemimpin Katolik, Anglikan, dan Presbiterian menyerukan para pemimpin politik negara itu untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan bekerja demi kebaikan rakyat.
Kiir dan wakilnya Riek Machar bersama kelompok oposisi lainnya menandatangani perjanjian damai pada 2018 untuk mengakhiri perang saudara selama lima tahun yang menewaskan ratusan ribu orang.
Tapi ketentuan kesepakatan itu, termasuk pembentukan tentara nasional bersatu, sebagian besar tetap tidak dilaksanakan. Penundaan tersebut telah memaksa penundaan pemilihan presiden pertama negara itu selama dua tahun lagi.
Sementara itu, bentrokan terus berlanjut, termasuk serangan minggu ini di selatan yang menewaskan 27 orang.
Dikombinasikan dengan banjir tahun lalu, jumlah pengungsi internal mencapai 2 juta dan PBB telah memperingatkan bahwa kebutuhan kemanusiaan melonjak.