Berita

Baquer Namazi dan Siamak Namazi/Net

Dunia

Kesal Tujuh Tahun Tak Kunjung Bebas, Warga AS di Penjara Iran Mogok Makan

SENIN, 16 JANUARI 2023 | 16:54 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Seorang warga negara Amerika Serikat (AS) yang sudah ditahan selama tujuh tahun di penjara Iran mulai melakukan aksi mogok makan karena tidak kunjung dibebaskan.

Adalah Siamak Namazi, pengusaha Iran-Amerika yang ditahan sejak 2015 lalu atas tuduhan mata-mata. Ia melakukan aksi mogok makan selama tujuh hari pada Senin (16/1).

Namazi juga telah mengajukan surat permohonan kepada Presiden AS Joe Biden melalui pengacaranya untuk menagih janji Washington sejak pemerintahan Barack Obama yang akan membebaskan dirinya.

"Pemerintah AS berjanji kepada keluarga saya untuk membawa saya pulang dengan selamat dalam beberapa minggu. Namun tujuh tahun dan dua presiden kemudian, saya tetap dikurung di penjara Evin yang terkenal kejam di Teheran," ujarnya, seperti dimuat Reuters.

Dalam suratnya, Namazi meminta Biden untuk memikirkan penderitaan warga negaranya yang hingga kini masih ditahan di Iran, dengan mengalami serangan fisik dan psikologis.

“Yang saya inginkan, Pak, adalah satu menit dari waktu Anda selama tujuh hari ke depan yang ditujukan untuk memikirkan kesengsaraan para sandera AS di Iran. Hanya satu menit dari waktumu untuk setiap tahun hidupku yang hilang di penjara Evin," tambahnya.

Untuk itu, ia memutuskan menolak makan selama tujuh hari ke depan, dengan harapan kali ini pemerintah tidak akan menolak permintaannya.

Namazi ditangkap pada Oktober 2015 dalam perjalanan bisnis ke Iran. Ia bersama ayahnya, Baquer Namazi, seorang pensiunan UNICEF, dihukum atas tuduhan bekerja sama dengan pemerintah AS untuk melakukan mata-mata.

Ketika diminta untuk berkomentar, jurubicara dewan keamanan nasional Gedung Putih mengatakan pemerintah telah berkomitmen untuk mengamankan kebebasan Namazi.

"Kami bekerja tanpa lelah untuk membawanya pulang bersama dengan semua warga AS yang ditahan secara tidak sah di Iran," kata jurubicara itu.

Menurut jurubicara tersebut, penahanan Iran yang salah terhadap warga AS sering digunakan sebagai pengaruh politik, dan sangat keterlaluan.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya