Aksi demonstrasi menolak pemerintahan baru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu/Net
Puluhan ribu orang membanjiri pusat kota Tel Aviv pada Sabtu (14/1) untuk menentang pemerintahan baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Slogan-slogan seperti "Turunkan Diktator" hingga "Pemerintahan Memalukan" terlihat diacungkan oleh para demonstran.
Menurut media Israel yang dikutip
AFP, demonstrasi tersebut diikuti sekitar 80 ribu orang. Aksi ini dilakukan setelah demonstrasi sehari sebelumnya yang diikuti oleh 20 ribu orang.
"Situasinya mengkhawatirkan dan menakutkan. Mereka (pemerintah) ingin mengambil hak kami. Kami harus bersatu," ujar seorang demonstran berusia 22 tahun, Aya Tal.
Aksi penolakan terhadap pemerintahan baru Netanyahu yang dibentuk Desember lalu bukan hanya terjadi di Tel Aviv, namun juga Yerusalem dan Haifa.
Sebagai pemimpin Partai Likud, Netanyahu dikenal sebagai ultra-kanan dan ultra-Ortodoks. Banyak kritikus berpendapat pemerintahan Netanyahu bisa mengancam demokrasi Israel, terlebih ia menghadapi tuduhan korupsi.
"Bibi (Netanyahu) tidak menginginkan demokrasi, kami tidak membutuhkan fasis di Knesset," begitu tulisan di salah satu poster yang dibawa demonstran.
Partai-partai oposisi telah meminta warga Israel untuk bergabung dalam demonstrasi yang diorganisir oleh kelompok anti-korupsi.
Di samping itu, Netanyahu juga telah membuat kontroversi baru. Ia telah mengumumkan kebijakan perluasan pemukiman di Tepi Barat dan melakukan reformasi sosial.