Berita

Ledakan hotel di Kabul pada Desember 2022 yang menewaskan sejumlah warga negara China/Net

Dunia

Tak Mau Jadi Sasaran ISIS-K, Banyak Pengusaha China Pilih Kabur dari Afghanistan

MINGGU, 15 JANUARI 2023 | 10:12 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Sikap anti-China yang ditunjukkan oleh kelompok militan ISIS-K di Afghanistan lewat sejumlah serangan, telah mendorong lebih banyak pengusaha negeri tirai bambu angkat kaki.

ISIS-K tampaknya tidak senang dengan upaya China menancapkan pengaruh di negara yang saat ini dikuasai oleh Taliban itu.

Menurut Global Strat View, hal itu dibuktikan dari meningkatnya serangan yang menyasar warga negara dan proyek-proyek pembangunan China di Afghanistan.


Lewat artikel di Voice of Khorasan pada September tahun lalu, ISIS-K mengaku curiga terhadap China yang kerap menjebak negara miskin dengan utang atau dana pembangunan, seperti yang dilakukan di Pakistan.

Mereka khawatir China berusaha mengisi celah yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat (AS) dan akan mengeksploitasi kekayaan mineral yang sangat besar di Afghanistan.

“China mungkin menggunakan skema pinjaman semacam itu untuk melemahkan negara-negara dunia ketiga yang miskin dan meningkatkan pengaruh mereka di wilayah tersebut untuk membangun koloni neo-China” tulis artikel tersebut.

Selain itu, ISIS juga mengecam China karena melakukan tindakan diskriminasi dan kekerasan terhadap Muslim Uighur yang tidak bersalah.

Selain melakukan pemboman pada proyek-proyek milik Beijing, ISIS dan afiliasinya telah melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap warga negara China.

Serangan bom di hotel Kabul akhir tahun lalu yang melukai lima warga negara Beijing disinyalir merupakan bagian dari sikap anti-China tersebut.

Melihat ancaman yang menargetkan mereka, para pebisnis Cina mempertimbangkan untuk meninggalkan Afghanistan, terlepas dari sumber daya mineral yang kaya di negara tersebut.

Pengusaha Yu Minghui, yang sedang membangun pabrik manufaktur di Afghanistan, mengatakan sebagian besar investor Tiongkok kembali ke Tiongkok.  

“Saya pikir mungkin 80 persen tidak akan kembali (ke Afghanistan),” ungkapnya.

Para ahli internasional menyebut Afghanistan sebagai "Makam Kerajaan" karena Inggris, Rusia, dan Amerika menghadapi kekalahan yang memalukan di sana.

Untuk itu, Direktur SOAS China Institute yang berbasis di London, Steve Tsang mengatakan China harusnya belajar dari kegagalan mereka.

"Sama seperti orang Amerika yang tidak belajar dari pelajaran Rusia dan Inggris sebelum mereka, kemungkinan besar orang China juga tidak akan belajar dari kesalahan Amerika,” pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya