Mantan Panglima Militer Filipina, Letnan Jenderal Bartolome Bacarro/Net
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr membuat pengumuman mengejutkan setelah pulang dari kunjungannya ke China. Tanpa penjelasan, Marcos tiba-tiba mengganti panglima militernya.
Kantor presiden pada Sabtu (7/1) mengumumkan penggantian Letnan Jenderal Bartolome Bacarro sebagai panglima militer yang baru ditunjuk lima bulan lalu.
Masa jabatan tiga tahun Letjen Bacarro seharusnya berakhir pada Agustus 2025.
Tetapi Marcos menggantinya dengan Letnan Jenderal Andres Centino, yang pada 2021-2022 juga menjabat sebagai panglima militer sebelum digantikan oleh Bacarro.
Centino, yang akan pensiun bulan depan, dipilih dari selusin jenderal senior dan akan memiliki masa jabatan tiga tahun yang baru.
Dimuat
Associated Press, Bacarro mengatakan ia akan mendukung panglima baru.
Dalam upacara serah terima di kamp militer utama di ibukota pada Sabtu, Letnan Jenderal Bacarro menyerahkan pedang yang melambangkan kepemimpinan militer kepada Letnan Jenderal Centino dan berterima kasih kepada tentara, keluarganya, dan presiden.
Marcos tidak hadir tetapi diwakili oleh penasihat dekatnya, termasuk Sekretaris Eksekutif Lucas Bersamin.
Penunjukan panglima militer merupakan isu sensitif di Filipina. Militer memiliki sejarah panjang, seperti upaya kudeta yang gagal, skandal korupsi, dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Berbagai upaya telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk menanamkan profesionalisme di militer dan melindunginya dari politik.
Tahun lalu mulai berlaku UU yang menetapkan masa jabatan panglima militer menjadi tiga tahun untuk memberikan lebih banyak waktu bagi seorang jenderal senior memulai reformasi dan memodernisasi angkatan bersenjata.
Militer Filipina memiliki tugas penting, khususnya dalam melawan pemberontak hingga menghadapi agresivitas China di Laut China Selatan.
Pengumuman ini juga muncul setelah Marcos pulang dari kunjungannya ke China dari 3 sampai 5 Januari 2022.
Pada tahun 1991, Letnan Jenderal Bacarro menerima medali karena menggagalkan serangan oleh sekitar 150 gerilyawan komunis di sebuah kota di Filipina utara meskipun memimpin pasukan yang lebih kecil.