Isu reshuffle jilid 3 yang dikabarkan bakal dilakukan Presiden Joko Widodo mendapat dukungan dari analis politik Universitas Indonesia (UI), Ali Rif'an.
Mahasiswa doktoral ilmu politik UI itu menilai, tahun politik 2024 sudah mulai terasa kemeriahannya mulai tahun 2023.
Salah satu yang patut dipertimbangkan Jokowi untuk menghadapi momentum tersebut, menurut Ali, adalah kabar sejumlah menterinya akan ikut menjadi kontestan Pilpres 2024.
"Di tahun politik ini, dalam catatan saya, juga ada beberapa menteri yang digadang-gadang punya keinginan untuk maju menjadi capres maupun cawapres," ujar Ali kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (26/12).
Ia menilai, sudah seharusnya Jokowi mengambil langkah tegas kepada para pembantu Presiden RI untuk menanggalkan jabatannya jika ingin mencalonkan diri sebagai peserta Pilpres 2024.
"Kalau memang mereka punya minat tinggi untuk menjadi capres atau cawapres, Jokowi harus mempersilakan mereka untuk segera meninggalkan posisi mereka sebagai pembantu presiden, agar fokus melakukan kerja-kerja politik," tuturnya.
Namun, jika ketegasan tidak dilakukan Jokowi, maka citra terhadap pemerintahan Jokowi yang pada periode kedua ini didampingi oleh Maruf Amin sebagia Wakil Presiden RI, akan kurang positif.
"Kalau tidak, ini kinerja pemerintah akan tersandera, karena mereka (para menteri yang ingin maju di Pilpres) akan bekerja secara teknokratik sekaligus secara politik, membangun citra-citra politik. Dan ini tidak sehat bagi kabinet Jokowi," katanya.
Oleh karena melihat dampak yang akan terjadi tersebut, Ali yang juga menjabat sebagai Direktur Arus Survei Indonesia itu memandang rencana
reshuffle Jokowi sudah tepat jika diaktualisasikan.
"Jadi berhembusnya wacana
reshuffle, bagi saya itu selalu relevan dalam situasi apapun, termasuk situasi hari ini," demikian Ali menambahkan.