Penjaga Pantai Filipina/Net
Filipina memerintahkan untuk meningkatkan kehadiran militer mereka di Laut China Selatan seiring dengan meningkatnya ancaman China di wilayah yang disengketakan.
Departemen Pertahanan Filipina pada Kamis (23/12) menyoroti laporan media dua hari lalu yang menyebut China telah mengklaim lebih banyak wilayah di Kepulauan Spratly.
"Setiap perambahan di Laut Filipina Barat atau reklamasi fitur di dalamnya merupakan ancaman bagi keamanan Pulau Pagasa," kata departemen, seperti dikutip AFP.
Manila menyebut perairan tepat di sebelah barat Filipina sebagai Laut Filipina Barat, sedangkan Pulau Pagasa, yang terbesar kedua di Spratly, juga dikenal sebagai Pulau Thitu.
Departemen Pertahanan mengatakan telah mengarahkan angkatan bersenjata untuk memperkuat kehadiran negara di Laut Filipina Barat, menyusul aktivitas China yang dipantau di dekat Pulau Pagasa.
Namun mereka tidak merinci aktivitas apa yang dilakukan oleh China tersebut.
Beijing mengklaim hampir semua Laut China Selatan yang kaya sumber daya, yang dilalui perdagangan triliunan dolar setiap tahunnya. Penggugat saingannya adalah Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
China telah mengabaikan putusan tahun 2012 dari pengadilan yang didukung PBB bahwa klaimnya tidak berdasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah membangun pulau buatan di atas terumbu sambil membangun fasilitas militer dan lapangan terbang.
Bloomberg melaporkan Selasa, mengutip gambar satelit dari pejabat AS, bahwa formasi daratan baru telah muncul di Spratly, di Eldad Reef, Whitsun Reef, Lankiam Cay dan Sandy Cay.
Sandy Cay terletak tujuh kilometer di sebelah barat Thitu, memiliki landasan udara bersama dengan detasemen militer dan penjaga pantai. Komunitas sipil kecil juga tinggal di sana.
Lankiam Cay berjarak sekitar 45 kilometer tenggara Thitu, sedangkan dua terumbu lainnya lebih jauh.
Filipina telah berulang kali menuduh penjaga pantai dan milisi maritim China melecehkan dan menyerang kapal penangkap ikan dan kapal lain di wilayah tersebut.
Pekan lalu, Manila mengajukan protes diplomatik setelah kapal penjaga pantai China pada November mengambil alih puing-puing dari roket China yang diambil oleh kapal angkatan laut Filipina di lepas pantai Thitu.