Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Rusia Desak Jerman dan Prancis Bayar Kompensasi untuk Penduduk di Donbas

MINGGU, 11 DESEMBER 2022 | 08:54 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Jerman dan Prancis dinilai bertanggung jawab atas penderitaan penduduk di wilayah Donbas, Ukraina, yang dianeksasi oleh Rusia. Untuk itu keduanya harus memberikan kompensasi.

Begitu yang dikatakan oleh anggota Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin di saluran Telegramnya pada Sabtu (10/12), seperti dikutip kantor berita TASS.

Komentar tersebut muncul setelah mantan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam wawancaranya pada Rabu (7/12) mengatakan Perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014 telah memberi Ukraina waktu yang cukup untuk berperang dengan Rusia.


"Pengakuan Merkel menempatkan tanggung jawab moral dan material atas perkembangan di Ukraina pada Jerman dan Prancis," kata Volodin.

"Mereka harus membayar kompensasi kepada penduduk republik Donbas selama delapan tahun genosida dan menimbulkan kerusakan. Ini baru permulaan," tambahnya.

Perjanjian Minsk adalah serangkaian kesepakatan internasional yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis untuk mengakhiri konflik Donbas, di mana kelompok separatis Rusia melawan tentara Ukraina setelah aneksasi Krimea oleh Rusia, tetapi upaya gencatan senjata ini gagal.

Dalam wawancara lain pada November, Merkel mengaku tidak terkejut dengan invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina.

"Saya ingin ada waktu yang lebih damai setelah kepergian saya, karena saya sangat sibuk dengan Ukraina. Tapi (invasi) ini tidak mengejutkan. Perjanjian Minsk dihancurkan,” ujar Merkel.

Selama konferensi pers di Kyrgyzstan pada Jumat (9/12), Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan kekecewaannya atas pernyataan Merkel tentang perjanjian Minsk.

"Bagi saya, itu sama sekali tidak terduga. Mengecewakan. Saya tidak berharap mendengar hal seperti itu dari mantan Kanselir. Saya selalu berharap bahwa kepemimpinan Jerman tulus," katanya.

Wilayah Donbas telah menjadi medan perang utama bagi Rusia dan Ukraina sejak perang dimulai pada 24 Februari. Wilayah ini telah lama menjadi wilayah penting bagi Rusia karena Donetsk dan Luhansk berada di bawah kendali Kekaisaran Rusia pada pertengahan abad ke-18.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya