Berita

Dunia

Nigeria Tolak Tudingan Lakukan Aborsi Sistematis Terhadap Perempuan Korban Penculikan Jihadis

JUMAT, 09 DESEMBER 2022 | 09:21 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Angkatan bersenjata Nigeria menolak laporan media bahwa mereka telah melakukan program aborsi massal terhadap wanita yang selamat dari kelompok jihadis di timur laut negara itu selama hampir satu dekade.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan Reuters mengatakan bahwa militer Nigeria telah melakukan program aborsi rahasia, sistematis dan ilegal di timur laut negara itu sejak 2013, mengakhiri setidaknya 10.000 kehamilan perempuan dan anak perempuan, banyak di antaranya telah diculik dan diperkosa oleh jihadis.

"Sebagian besar aborsi dilakukan tanpa persetujuan perempuan, sering tanpa sepengetahuan mereka," lapor para jurnalis, yang mengandalkan kesaksian 33 perempuan dan anak perempuan, lima petugas kesehatan dan sembilan petugas keamanan yang terlibat dalam program tersebut, tetapi juga pada dokumen militer dan catatan rumah sakit.

Para wanita dan anak perempuan hamil dari beberapa minggu hingga delapan bulan.

"Beberapa masih berusia 12 tahun," kata penyelidikan yang dirilis Rabu.

Menurut kesaksian yang dikumpulkan oleh para jurnalis, tentara meyakinkan para wanita bahwa pil dan suntikan yang diberikan dimaksudkan untuk memulihkan kesehatan dan memerangi penyakit seperti malaria.

"Dalam beberapa kasus, perempuan yang melawan dipukuli, dipukuli dengan tongkat, ditodong senjata atau dibius agar patuh," kata laporan itu.

Militer, dalam dokumen setebal lima halaman yang dikutip dalam penyelidikan Reuters dan dikonsultasikan pada Rabu oleh AFP, menyangkal adanya program semacam itu.

Mereka menegaskan bahwa misinya adalah untuk melindungi warga sipil, dan mengklaim bahwa penyelidikan tersebut merupakan penghinaan terhadap warga Nigeria dan budaya mereka.

Aborsi adalah sesuatu yang ilegal di Nigeria, kecuali jika nyawa ibu dalam bahaya. Di utara, itu dapat dihukum hingga 14 tahun penjara, menurut investigasi Reuters.

Dalam reaksinya, tentara Nigeria menegaskan bahwa mereka tidak dapat berada di balik program jahat semacam itu apalagi di tanahnya sendiri.

"Aborsi paksa dapat merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Reuters, yang berkonsultasi dengan empat ahli hukum.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya