Berita

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev/Net

Dunia

Diminta Ganti Rugi atas Kerusakan di Ukraina, Rusia: PBB Juga Harus Keluarkan Resolusi yang Sama untuk AS

SELASA, 15 NOVEMBER 2022 | 07:37 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Keputusan Majelis Umum PBB (UNGA) yang meloloskan resolusi yang mewajibkan Rusia melakukan perbaikan kerusakan atas perangnya di Ukraina, dengan segera mendapat tanggapan dari Kremlin.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, jika resolusi itu diberlakukan, maka artinya PBB juga harus melakukan hal yang sama kepada Amerika Serikat atas kerusakan yang ditimbulkannya selama perang di Korea, Vietnam, Irak, Yugoslavia, dan lainnya.

"Mereka harus mengadopsi rekomendasi yang sama tentang perbaikan total kerusakan yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat di Korea, Vietnam, Irak, Yugoslavia dan banyak negara lain yang menderita atas langkah Amerika dan NATO," tulis Medvedev di saluran Telegramnya, Senin (14/11) waktu setempat.


Jika PBB tidak memberlakukan hal yang sama, maka ini adalah awal dari 'penderitaan' PBB sebagai lembaga internasional utama untuk rekonsiliasi, menurutnya.

"Pada akhirnya langkah itu akan menyakitkan bagi seluruh komunitas internasional. Kami akan melakukannya tanpa organisasi 'persatuan bangsa' seperti itu," tekan Medvedev, seperti dikutip dari TASS.

Ia justru menilai, langkah PBB meloloskan resolusi tersebut adalah untuk melegalkan rencana Barat yang ingin menggunakan aset Rusia yang dibekukan.

"Anglo-Saxon jelas berusaha mengikis dasar hukum untuk mencuri aset Rusia yang ditangkap secara ilegal," sindir Medvedev.

Sesi darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin meloloskan resolusi untuk mewajibkan Rusia mengganti semua kerusakan di Ukraina akibat invasinya. Tak hanya itu, PBB juga mendesak untuk membuat daftar kerusakan internasional dan perlunya mekanisme reparasi kerugian.

Banyak negara yang  mengutuk operasi militer khusus yang diluncurkan Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022. Mereka secara bersamaan menjatuhkan sanksi baik individu maupun sektoral yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan sebesar mungkin pada ekonomi Rusia, dan agar Rusia menghentikan perangnya.

Mayoritas 94 negara setuju atas resolusi tersebut, 73 negara abstain, sementara 14 negara memilih menentang. Mereka yang memberikan suara menentang resolusi tersebut termasuk Rusia sendiri, serta China, Iran, dan Suriah.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya