Berita

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres /Net

Dunia

Berakhir Sebentar Lagi, Sekjen PBB Desak Perpanjangan Kesepakatan Gandum Rusia-Ukraina

SABTU, 29 OKTOBER 2022 | 15:45 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Menjelang berakhirnya kesepakatan perjanjian ekspor biji-bijian Ukraina-Rusia atau yang disebut sebagai kesepakatan Laut Hitam, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak untuk mengupayakan perpanjangan kesepakatan ini.

Seperti dimuat Alarabiya pada Sabtu (29/10), Guterres mengatakan, sejauh ini kesepakatan yang ditandatangani pada bulan Juli lalu dengan dimediasi oleh PBB dan Turki telah sedikit membantu mengurangi krisis pangan global yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina, dengan 9 juta ton biji-bijian hingga saat ini telah berhasil diekspor ke berbagai negara.

Meskipun, Guterres menambahkan, ketidakpastian akan perpanjangan kesepakatan ini telah menyebabkan harga gandum kembali meningkat. Untuk itu ia menyerukan agar ketidakjelasan yang dapat berdampak pada masa depan pangan ini dapat segera diatasi oleh semua pihak.

“Kami mendesak semua pihak untuk melakukan segala upaya untuk memperbarui Inisiatif Butir Laut Hitam dan menerapkan kedua perjanjian tersebut sepenuhnya, termasuk penghapusan segala hambatan yang tersisa untuk ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Menurut pernyataan dari juru bicara Guterres, Stephane Dujarric,  pada Jumat (28/10) mengatakan, perjanjian awal ini sebelumnya hanya ditetapkan untuk 120 hari terakhir, dengan opsi dapat dilakukan pembaruan pada 19 November mendatang jika tidak ada pihak yang merasa keberatan atas kesepakatan ini.

Akan tetapi kebingungan datang dari pernyataan Rusia yang mengeluhkan kesepakatan ini, lantaran mereka kesulitan untuk mengirimkan produk biji-bijian dan pupuknya karena sanksi yang diberikan oleh Barat.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa ekspor Rusia harus diizinkan dahulu, sebelum mereka Kembali berkomitmen untuk melanjutkan perpanjangan kesepakatan kedua.

Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada awal pekan ini memperkirakan bahwa keputusan Moskow untuk mengabaikan perjanjian gandum akan disambut dengan "kemarahan besar" oleh negara-negara di seluruh dunia.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya