Berita

Pelabuhan Kherson, Rusia/Net

Dunia

Khawatirkan Serangan Ukraina, Penduduk Kherson Mulai Direlokasi dari Wilayah Pertempuran

RABU, 19 OKTOBER 2022 | 18:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah wilayah Kherson mulai melakukan relokasi warga sipil dari zona pertempuran. Vladimir Saldo, gubernur sementara wilayah yang baru bergabung dengan Rusia itu mengumumkan pada Selasa (18/10) waktu setempat.

Saldo mengatakan, langkah itu dilakukan di tengah serangan baru Ukraina dan adanya potensi upaya Kyiv untuk menghancurkan bendungan pembangkit listrik tenaga air lokal.

“Ada bahaya banjir langsung di wilayah tersebut karena rencana penghancuran bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovskaya dan pelepasan air dari aliran pembangkit listrik di hulu Sungai Dnepr,” kata Saldo, seperti dikutip dari RT, Rabu (19/10).


"Keputusan itu muncul saat militer Rusia memperkuat posisinya di wilayah tersebut," jelas Saldo.

Dikatakan Saldo, relokasi akan membantu menghindari korban sipil massal dari permusuhan yang sedang berlangsung dan memungkinkan pasukan Rusia untuk melakukan tugas mereka dalam mempertahankan Wilayah Kherson.

"Penduduk sipil sekarang akan ditarik ke tepi kiri Dnepr dalam cara yang terorganisir, selangkah demi selangkah, dan diakomodasi secara gratis,” Saldo menjelaskan.

"Penduduk Wilayah Kherson yang bersedia pindah ke tempat lain di Rusia akan diberikan sertifikat real estat, sesuai dengan pedoman yang diumumkan pada hari sebelumnya oleh pemerintah Rusia," tambah gubernur.

Pengumuman itu muncul ketika Jenderal Angkatan Darat Rusia Sergey Surovikin, komandan operasi militer Rusia yang baru-baru ini diangkat di Ukraina, membuat pernyataan publik pertamanya sejak mengambil alih perannya pada awal Oktober.

Berbicara kepada penyiar Rossiya-24, Surovikin mengakui bahwa situasi di sekitar Kherson saat ini tegang dan keputusan sulit mungkin harus dibuat.

Wilayah Kherson telah berada di bawah kendali militer Rusia sejak Maret. Wilayah tersebut, bersama dengan negara tetangga Zaporozhye dan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, secara mayoritas memilih untuk bergabung dengan Rusia selama referendum pada akhir September.

Jajak pendapat tersebut ditolak oleh Kyiv dan sejumlah negara Barat, yang mencela prosesnya palsu dan menolak untuk mengakui hasilnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya