Mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo/Net
Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengungkapkan bahwa berkat pengalaman puluhan tahun menjadi anggota Kepolisian, mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo dengan tenang memikirkan serta menyusun strategi untuk merampas nyawa Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Hal itu diungkapkan tim JPU saat membacakan surat dakwaan dalam sidang perdana untuk terdakwa Sambo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin siang (17/10).
Awalnya, JPU membeberkan peristiwa yang terjadi di rumah Sambo di Perum Cempaka Residence Blok C III, Jalan Cempaka, Kelurahan Banyu Rojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang atau dikenal dengan rumah di Magelang.
Istri Sambo, Putri Candrawathi kata Jaksa, pada Jumat dinihari (8/7) saat masih di Magelang, menelepon Sambo yang berada di Jakarta. Sambil menangis, Putri berbicara dengan Sambo bahwa Yosua telah masuk ke kamar pribadi Putri dan melakukan perbuatan kurang ajar terhadap Putri.
Selanjutnya pada sore harinya saat Putri beserta rombongan tiba di Rumah Saguling 3 nomor 29, Putri menceritakan peristiwa yang dialaminya di Magelang. Di mana, Putri mengaku bahwa dirinya telah dilecehkan oleh Yosua.
"Mendengar cerita sepihak yang belum pasti kebenarannya tersebut membuat terdakwa Ferdy Sambo menjadi marah, namun dengan kecerdasan dan pengalaman puluhan tahun sebagai seorang anggota Kepolisian sehingga terdakwa Ferdy Sambo berusaha menenangkan dirinya lalu memikirkan serta menyusun strategi untuk merampas nyawa korban Nofriansyah Yosua Hutabarat," ujar JPU.
Selanjutnya, Sambo memanggil Ricky Rizal Wibowo selaku ajudan melalui Handy Talkie (HT) untuk menemuinya di lantai tiga. Setelah itu, Sambo bertanya kepada Ricky dengan perkataan "ada apa di Magelang?" Lalu Ricky menjawab "tidak tahu pak".
Kemudian, Sambo berkata lagi "ibu sudah dilecehkan oleh Yosua". Selanjutnya Sambo meminta kepada Ricky dengan berkata "kamu berani nggak tembak dia (Yosua)?", dijawab oleh Ricky "tidak berani pak, karena saya nggak kuat mentalnya pak".
Kemudian, Sambo mengatakan kepada Ricky "tidak apa-apa, tapi kalau dia (Yosua) melawan, kamu
backup saya di Duren Tiga". Dan perkataan Sambo tersebut tidak dibantah oleh Ricky.
Lalu, Sambo untuk mendukung rencana yang sudah diinginkan dan dikehendakinya tersebut, menyampaikan kepada Ricky untuk memanggil Richard.
"Saksi Ricky Rizal Wibowo yang sudah mengetahui niat terdakwa Ferdy Sambo yang ingin merampas nyawa korban Nofriansyah Yosua Hutabarat ternyata tidak berusaha untuk menghentikan terdakwa Ferdy Sambo supaya tidak melakukan niatnya tersebut," terang JPU.
Ricky selanjutnya tetap turun langsung menemui Richard di teras rumah dan setelah bertemu kata Jaksa, ternyata Ricky bukannya memberitahu niat dan rencana jahat dari Sambo yang sebenarnya agar mencegah niat dan rencana jahat tersebut dilaksanakan, namun Ricky malah ikut mendukung keinginan atau kehendak Sambo dengan berkata kepada Richard "Cad,,,dipanggil bapak ke lantai tiga, naik lift saja Cad".
Selanjutnya, Richard menemui Sambo, dan dijelaskan cerita sepihak dari Putri yang belum pasti kebenarannya dengan mengatakan "bahwa waktu di Magelang, Ibu Putri Candrawathi dilecehkan oleh Yosua".
Setelah itu Richard yang menerima penjelasan tersebut merasa tergerak hatinya untuk turut menyatukan kehendak dengan Sambo. Di saat yang sama, perkataan Sambo juga didengar Putri yang langsung keluar dari kamarnya dan duduk di samping Sambo. Sehingga, ikut terlibat dalam pembicaraan antara Sambo, dan Richard.
Selanjutnya Sambo mengutarakan niat jahatnya dengan bertanya kepada Richard "berani kamu tembak Yosua?". Dan dijawab Richard "siap komandan".