Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Laporan: China Kirim Ilmuwan ke Laboratorium AS Untuk Kembangkan Teknologi Militernya

SABTU, 24 SEPTEMBER 2022 | 16:37 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

. Selama tiga dekade lalu, pemerintah China telah mengirim akademisi, serta para penelitinya ke luar negeri untuk memperdalam keahlian mereka. Ketika keahlian mereka sudah berkembang, pemerintah kembali merekrut ilmuwan tersebut untuk memajukan teknologi militer negaranya.

Hal ini diungkapkan dalam laporan berjudul "The Los Alamos Club" setebal 32 halaman yang dirilis oleh Strider Technologies, perusahaan keamanan dan intelijen yang berlokasi di Salt Lake City Amerika Serikat (AS), laporan ini menyebutkan strategi yang dilakukan oleh China untuk mengirim ilmuwannya ke laboratorium luar negeri demi memajukan kepentingannya negaranya.

Seperti dimuat Ani News pada Jumat (23/9), sejauh ini ratusan ilmuwan China sedang melakukan pengembangan teknologi militer dan penggunaan ganda utama di berbagai bidang seperti hipersonik, hulu ledak penembus bumi, kendaraan otonom tak berawak (UAV), mesin jet, serta pengurangan kebisingan kapal selam.


Strategi yang disebut sebagai Strategy Talent Superpower ini telah dirancang sejak 1980-an lalu yang berusaha untuk memanfaatkan individu-individu tersebut demi keuntungan pemerintah, laporan itu menyoroti sekitar 160 peneliti saat ini telah kembali ke China untuk membantu program senjata nuklir dan senjata canggih di negaranya.

"Antara 1987 dan 2021, setidaknya 162 ilmuwan yang pernah bekerja di Laboratorium Los Alamos, (kemudian mereka) kembali ke China untuk mendukung berbagai program penelitian dan pengembangan (R&D) dalam negeri. Lima belas ilmuwan itu bekerja sebagai staf tetap di Los Alamos," lapor think tank tersebut.

Salah satu alumni penting dari Los Alamos adalah Dr Chen Shiyi, ahli dinamika fluida dan turbulensi yang terkenal di dunia. Ia telah kembali ke China, dan menjabat sebagai presiden di Universitas Sains dan Teknologi Selatan (SUSTech), di mana ia unggul dalam merekrut ilmuwan yang memiliki hubungan dengan Los Alamos.

Setidaknya salah satu dari lima belas anggota staf Los Alamos asal China, mereka memegang "Q Clearance" Departemen Energi AS (DOE) yang memungkinkan akses ke dalam Data Terlarang Rahasia dan Informasi Keamanan Nasional. Atas hal tersebut, kekhawatiran dari Washington mulai muncul, tidak hanya karena kontra intelijen dan risiko pencurian kekayaan intelektual (IP), akan tetapi juga karena program yang kerap kali dilakukan oleh ilmuwan China di AS ini telah menggunakan dana pajak AS untuk penelitiannya, yang ternyata hal tersebut dilakukan untuk memajukan pembangunan ekonomi China serta modernisasi militernya.

Kini pemerintah AS mulai mengambil langkah-langkah untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan dari Strategi Talent Superpower China. Kasus Los Alamos ini telah menunjukkan bagaimana kemajuan pesat China dalam mengembangkan teknologi militernya, yang dibantu oleh individu-individu yang berpartisipasi dalam penelitian sensitif yang didanai pemerintah AS.

Laporan itu juga mengimbau negara-negara lain untuk mengamankan keamanan nasionalnya serta bekerja sama dalam melindungi pusat inovasi penelitan dan bersaing dengan China, untuk mempertahankan, serta melindungi talentanya yang terkemuka.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya