Berita

Beberapa pengunjuk rasa sedang berkumpul di depan kantor PBB di New York pada Jumat(23/9), untuk meminta pengakuan internasional atas kejahatan genosida yang dilakukan Pakistan di Bangladesh/Ani News

Dunia

Tuntut Pengakuan Internasional Atas Genosida yang Dilakukan Pakistan, Pengunjuk Rasa Berkumpul di Kantor PBB

SABTU, 24 SEPTEMBER 2022 | 15:11 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor PBB di New York, untuk menuntut pengakuan badan PBB atas genosida yang dilakukan lebih dari lima dekade lalu oleh Angkatan Darat Pakistan di Bangladesh.

Seperti dimuat Ani News pada Sabtu (24/9), aksi unjuk rasa yang dipimpin oleh aktivis Priya Saha ini dilakukan pada Jumat (23/9). Mereka mewakili etnis dan agama minoritas yang membantu Bangladesh dalam mencari pengakuan internasional atas kejahatan genosida yang dahulu dilakukan Pakistan.

Menurut kelompok hak asasi, serangan pada tahun 1971 dianggap sebagai salah satu kekejaman massal terburuk dalam sejarah. Sebab pada saat itu, diperkirakan hampir tiga juta orang terbunuh hanya dalam rentang waktu sembilan bulan. Melalui 'Operasi Searchlight’ yang diluncurkan oleh militer Pakistan, ratusan ribu warga Bangladesh mengalami luka parah pada 25 Maret 1971 lalu.

Saat ini tanggal tersebut diperingati oleh Perdana Menteri Bangladesh Syeikh Hasina sebagai Hari Genosida Internasional, untuk mencari keadilan serta mendapatkan perhatian dari dunia Internasional.

Selain itu, para pengunjuk rasa yang berkumpul di depan kantor PBB juga membawa plakat untuk menyerukan bantuan bagi perempuan dari komunitas Hindu, Kristen dan Sikh di Pakistan, yang rentan menjadi korban kekerasan, penculikan, nikah paksa dan pindah agama yang dilakukan oleh penduduk Pakistan.

Menurut sebuah laporan oleh South Asia Partnership-Pakistan bekerja sama dengan Aurat Foundation pada 2015, mereka menemukan, setidaknya 1.000 gadis minoritas Pakistan setiap tahun dipaksa untuk pindah agama.

Perempuan di Pakistan kerap kali tidak berani bersuara karena mereka tidak selalu berhasil melawan kejahatan ini menggunakan jalur hukum. Nasib perempuan dan anak perempuan dari agama minoritas seringkali diabaikan karena undang-undang yang ada, atau penanganan kasus melalui jalan hukum tidak selalu efektif di negara yang saat ini tengah mengalami bencana terparahnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya