Berita

Koordinator Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi), Gildas Geodrat Rumy/Repro

Politik

Soal Pembobolan Bjorka, Pakar: Tak Heran Data Berceceran di Dark Web, Keamanan Kita Lemah

RABU, 14 SEPTEMBER 2022 | 16:08 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Pembobolan data pemeritah dan juga data warga negara Indonesia tidak membuat heran para pakar teknologi informasi. Pasalnya, sistem keamanan siber dalam negeri dianggap masih lemah.

Begitu kesimpulan Koordinator Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi), Gildas Geodrat Rumy, menanggapi pembobolan data oleh hacker bernama Bjorka.

"Kita enggak heran data itu berceceran di dark web," ujar Gildas dalam podcast Deddy Corbuzier yang tayang melalui kanal Youtube, Rabu (14/9).

Deddy bertanya kepada Gildas untuk mengetahui sebab utama kebocoran data yang terjadi dan dilakukan oleh Bjorka seperti pembobolan 1,3 miliar data SIM card nomor telepon seluler yang terdaftar di Indonesia.

"Apakah sistem security kita rendah sekali?" tanya Deddy.

"Bisa dibilang begitu. Kalau misalkan skala 1 sampai 10, satu itu (nilai) paling rendah dan 10 itu paling tinggi, (di Indonesia nilai sistem keamanan siber) 3, itu pun sudah pakai doa," sindirnya.

Gildas mengibaratkan fenomena pembobolan data pemerintah yang ditawarkan oleh Bjorka di pasar gelap digital seperi gunung es.

"Kalau kita lihat internet sebagai gunung es, dark web itu ujung paling bawah gunug es. 99 persen itu penjahat atau aparat penegak hukum atau mereka-mereka yang ikut investgasi atau penelitian siber security," tuturnya.

Meski begitu, Deddy mempertanyakan soal siapa sebenarnya Bjorka, mengingat muncul isu yang bersangkutan merupakan orang Indonesia.

"Kalau orang Indonesia kenapa Bjorka susah ditangkap? Apa dia jago banget?," tanya Deddy keheranan.

"Sebanarnya bukan susah. Tapi sekarang masih mencari tahu dari mana sumber data itu, kemudian yang mengelola isu yang ada berkoordinasi. Jadi ini belum masuk tahap investigasi mencari pelakunya," demikian Gildas menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya