Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Mutilasi di Semarang, Teori Agresif

SABTU, 10 SEPTEMBER 2022 | 20:20 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

HEBOH penemuan mayat pria hangus tanpa kepala di Kawasan Marina, Semarang, Kamis (8/9). Diduga, pembunuhan mutilasi. Cara hapus jejak pembunuhan yang sering digunakan.
 
Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar kepada pers di lokasi penemuan mayat, Jumat (9/9), mengatakan: "Mayat terbakar seratus persen. Tanpa kepala."

Lokasi penemuan di tempat sepi di tengah ladang ilalang. Ditemukan sopir traktor, Slamet, yang sedang bekerja membersihkan alang-alang lebat di sana, Kamis siang (8/9).

Sopir traktor Slamet mengatakan: "Saya awalnya nemu motor yang terbakar itu. Kondisinya sudah gosong, tidak ada api dan asap. Sorenya saya lapor ke mandor. Kemudian kami datangi, ada mayatnya."

Deskripsi mayat, digambarkan Kombes Irwan, tanpa kepala. Hangus, terbakar 100 persen. Pada bagian perut ke atas habis, tinggal tulang gosong. Bagian bawah masih tersisa daging, sebagian tampak tulang.

Juga, kedua tangan terpotong sebatas telapak tangan, potongannya hilang.

Di dekat mayat, ada motor juga terbakar. Tapi polisi masih bisa mengenali, nomor polisi H 9799 RA (plat merah). Juga ditemukan name tag setengah terbakar, nama: Wan Budi P.

Unit K-9, anjing pelacak Polrestabes Semarang dikerahkan di lokasi. Anjing mengendus mayat, lalu kelihatan bingung melacak. Dari mayat, anjing hanya menuju ke alat berat yang disopiri Slamet. Di jalur itu memang ada jejak Slamet. Yang turun dari traktor, melihat kondisi mayat, lalu balik lagi.

Polisi lantas membuka file, laporan orang hilang. Atas nama Paulus Iwan Boedi Prasetyo (51). Pegawai negeri di Bapenda Kota Semarang. Dilaporkan hilang bersama motor, dengan nomor polisi yang sama dengan temuan mayat.

Kombes Irwan: "Ini identik dengan yang dipakai Iwan saat dilaporkan hilang. Tapi, untuk kepastian harus dilakukan tes DNA."

Polisi dari Polrestabes Semarang meneliti lokasi dibantu personil dari Polda Jateng. Mereka mengolah TKP penemuan mayat.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng, Kombes Djuhandhani Rahardjo Puro kepada wartawan di lokasi penemuan mayat, mengatakan:

"Untuk saat ini kita masih proses awal penyelidikan. Sepintas, memang ada hal-hal yang diduga ini adalah pembunuhan. Diduga ya, karena dari TKP ditemukan korban meninggal, kemudian ada bekas-bekas yang diduga mungkin penganiayaan. Tapi lebih jelasnya kita menunggu hasil pemeriksaan forensik."

Dugaan penganiayaan, lebih detil dijelaskan Kombes Djuhandhani, begini:

"Kenapa dikatakan penganiayaan? Karena di situ ada bekas-bekas tersiram bensin dan sebagainya. Diduga, ini bukan dilakukan oleh korban sendiri. Kemudian, apakah saat kejadian korban kondisi hidup atau meninggal, ini masih dalam proses. Mungkin dalam satu dua hari ini kita akan ketahui."

Akan Diperiksa Kasus Korupsi

Paulus Iwan Boedi Prasetyo dilaporkan hilang oleh keluarganya pada Rabu, 24 Agustus 2022.

Menurut laporan, Iwan berangkat kerja ke Kantor Bapenda Kota Semarang, Selasa, 23 Agustus 2022 pagi, sampai keesokan hari belum pulang.

Menanggapi itu, Kepala Bapenda Kota Semarang, Indriyasari menjawab konfirmasi pers, Senin, 29 Agustus 2022, mengatakan:

"Kami sudah koordinasi terus dengan keluarga dan polisi. Pihak keluarga juga sudah lihat dari CCTV di jalan, kemudian dengan kepolisian juga, tapi sampai sekarang memang belum ada kabar yang signifikan."

Yang dimaksud CCTV adalah rekaman CCTV di kantor. Menggambarkan Iwan masuk kerja pada Selasa, 23 Agustus 2022.

Indriyasari: "Beliau masih aktivitas biasa, lengkap sampai pulang pun masih terpantau CCTV, masih bagus. Waktu itu kita ada kegiatan, dia pun masih aktif di kegiatan itu. Jadi hari Selasa itu masih full bekerja. Nah hari Rabu dia sudah tidak absen, sampai sekarang."

Menurut Indriyasari, Iwan merupakan pegawai eselon empat, jadi pejabat fungsional.

Ternyata, Iwan akan diperiksa kasus korupsi. Iwan sudah dipanggil Polda Jateng, agar hadir untuk klarifikasi kasus korupsi, pada Kamis, 25 Agustus 2022.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, mengatakan, Iwan menghilang sehari sebelum agenda pemeriksaan.

Kombes Irwan: "Kalo nggak ada apa-apa ngapain dia Rabu (24/8) menghilang? Mestinya, Kamis, 25 Agustus 2022 dia menghadiri Subdit Tindak Pidana Korupsi, Polda Jateng. Itu harusnya."

Apakah Iwan tersangka korupsi?

Kombes Irwan: "Di situ dia diminta saksi klarifikasi. Kalau korupsi kan gitu, panggilan awal untuk klarifikasi dulu. Tidak langsung menunjuk tersangka."

Tapi, Irwan tidak menjelaskan kasus korupsinya. "Itu tugasnya Krimsus," jelasnya. Maksudnya, Ditreskrimsus Polda Jateng.

Sampai di sini, dugaan Iwan dibunuh semakin kuat. Dibunuh, dimutilasi demi menghilangkan jejak.

Pembunuhan diikuti mutilasi, sudah ada sejak zaman kuno. Di seluruh dunia. Tujuan pelaku, menghilangkan jejak.

Shri Ramesh Arora dan Neetu Gupta dalam buku mereka bertajuk: "Profile of Mutilation Murder in Northern Medico legal Jurisdiction of Himachal Pradesh, India" (2013) menyatakan, umumnya pelaku menggunakan senjata sangat tajam. Biar cepat.

Pembunuhan diikuti mutilasi, di buku itu diklasifikasi empat jenis. demikian:

1)  Defensif. Pembunuh bertujuan defensif. Berusaha menghilangkan identitas korban. Sehingga menyulitkan penyidik melacak pelaku.

2)  Agresif. Pembunuh juga bertujuan menghilangkan jejak. Dengan memotong mayat secara agresif. Bahkan berlebihan, karena khawatir identitas korban masih bisa dikenali polisi.

3)  Ofensif. Pembunuhnya sadis. Mencacah mayat, menjadi beberapa bagian. Pembunuhnya sadis atau dendam kesumat terhadap korban.

4)  Necromantic. Pembunuh sakit jiwa. Memotong bagian tertentu mayat, dijadikan kenang-kenangan. Misal, potongan payudara, kepala, atau bagian lain yang akan disimpan pembunuh.

Di kasus Semarang, belum dipastikan polisi bahwa itu pembunuhan. Masih diselidiki polisi.

Seumpama dipastikan pembunuhan, berdasar buku karya Arora dan Gupta, itu masuk golongan nomor dua: Agresif. Karena, kepala, dua telapak tangan sudah dipotong dibuang, masih juga mayat dibakar.

Bisa jadi dibakar dulu, kemudian dipotong. Ini penghilangan jejak secara rangkap. Pelaku ingin pasti, identitas korban sulit diketahui polisi.

Uniknya, masih ada motor yang nomor polisinya masih bisa diketahui. Juga, ada name tag pegawai, namanya jelas, hanya hilang huruf depan "I".

Lebih rumit lagi, korban akan diperiksa polisi terkat korupsi.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya