Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Demi Bendung Penyebaran Buddhisme, China Lakukan Banyak Pelanggaran HAM di Tibet

JUMAT, 02 SEPTEMBER 2022 | 12:01 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Upaya China untuk mengurangi penyebaran paham Buddhisme pada masyarakat di Tibet, telah beralih menjadi tindak penganiayaan yang merenggut hak asasi dan menciptakan penderitaan bagi setiap warganya.
 
Seperti dimuat ANI News pada Selasa (30/8), upaya keras China terhadap entitas Tibet terus berlangsung hingga kini dengan menerapkan hukuman, pembunuhan, intimidasi, dan pelecehan bagi individu yang menentang Beijing.

Menurut Radio Free Asia, China telah memerintahkan para pemimpin dari dua kabupaten di Provinsi Sichuan untuk mencegah orang Tibet setempat menghormati kepala biara mereka, yang disebut dengan Kirti Rinpoche.


Bahkan mereka juga dilarang mengungkapkan pendapat di media online yang menunjukan begitu tingginya tindak represi dan pengekangan ekspresi warga Tibet di wilayahnya.

Tibet Rights Collective (TRC) menyebut, upaya Sinikisasi Tibet atau peyatuan budaya dengan China melaui agama dan identitasnya lama kelamaan menjadi ancaman yang buruk bagi warganya.

"China mengakui bahwa Buddhisme adalah landasan identitas Tibet dan oleh karena itu, mereka melakukan upaya habis-habisan untuk mengurangi pentingnya ajaran tersebut," kata TRC dalam laporannya.

Pihak komunis China telah mengklaim pembebasan Tibet secara damai. Namun, TRC melaporkan Tibet masih ada dalam kontrol dan genggaman China yang membuat pelanggaran HAM berat masih berlangsung di sana.

"Penindasan agama di Tibet telah meningkat selama beberapa dekade dan serangan terus-menerus China terhadap orang Tibet adalah bagian dari proses Sinikisasi di wilayah Himalaya oleh Beijing," jelas TRC.

Pada Juli lalu, Asosiasi Buddhis China menerbitkan pemberitahuan yang menyerukan upaya pemboikotan kepada biksu Buddha Tibet karena telah melakukan pelanggaran yang mengancam keamanan warga.  

"Dalam beberapa tahun terakhir, misi ilegal biksu Buddha Tibet ke daratan menjadi semakin serius, yang berdampak pada penyebaran Buddhisme Mahayana, kebenaran Buddhisme dan Buddhisme Chan, hingga mempengaruhi keamanan pengikut, properti, keluarga, dan keharmonisan sosial," kata pemberitahuan tersebut.  

Pemberitahuan itu mengklaim beberapa orang mencoba untuk berpura-pura sebagai Buddha hidup untuk memikat orang demi uang dan seks dengan memberikan inisiasi palsu berdalihkan Dharma.

Sejak China menduduki Tibet pada 1950-an, kebrutalan pemerintah Komunis China terhadap rakyat Tibet telah dimulai. Kurangnya HAM juga merupakan masalah yang kerap diangkat di forum internasional, namun sayangnya, itu tidak pernah dianggap sebagai kasus yang layak untuk ditangani secara serius oleh organisasi seperti PBB.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya