Berita

Warga Afghanistan/Net

Dunia

Jutaan Warga Terancam Kelaparan, PBB Desak Aset Afghanistan Segera Dibebaskan

SELASA, 30 AGUSTUS 2022 | 20:38 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Sebanyak enam juta orang di Afghanistan berisiko menderita kelaparan di tengah krisis parah yang dihadapi negara tersebut. Sementara angka kemiskinan terus meningkat, dunia perlu memberikan dukungan untuk Afghanistan.

Begitu yang dikatakan oleh kepala kemanusiaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan PBB, seperti dimuat Al Jazeera, Selasa (30/8).

“Kemiskinan semakin dalam, populasi masih bertambah, dan otoritas de facto tidak memiliki anggaran untuk berinvestasi di masa depan mereka sendiri. Jelas bagi kami bahwa beberapa dukungan pengembangan perlu dimulai kembali,” jelasnya.


Griffiths mengatakan kini Afghanistan tengah menghadapi berbagai krisis kemanusiaan, ekonomi, iklim, kelaparan serta keuangan, sementara musim dingin akan berlangsung.

Untuk itu ia mendesak agar sedikitnya 770 juta dolar atau sekitar Rp 11 triliun bisa segera dialokasikan kepada Afghanistan untuk membantu mereka bertahan di musim dingin yang akan datang, sebelum cuaca membatasi akses bantuan ke area tertentu.

Menurut laporan PBB, setengah dari 39 juta penduduk Afghanistan saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, sementara enam juta lainnya terancam kelaparan.

Lebih dari satu juta anak diperkirakan telah menderita kekurangan gizi yang paling parah dan mengancam keselamatan jiwa, yang dapat menyebabkan meninggal dunia.

“Otoritas de facto Afghanistan juga harus melakukan bagian mereka. Campur tangan dan prosedur birokrasi memperlambat bantuan kemanusiaan ketika sangat dibutuhkan,” ujar Griffiths.

Operasi bantuan kemanusiaan saat ini menjadi sangat terhambat karena status Taliban yang masih belum diakui secara resmi oleh pemerintah asing mana pun dan masih dikenakan sanksi internasional.
Konsekuensi dari kelambanan tindakan di bidang kemanusiaan dan pembangunan disebut akan menjadi bencana yang besar dan sulit untuk dipulihkan.

Sementara itu miliaran aset milik Afghanistan saat ini masih disimpan oleh AS. Atas hal ini, Rusia dan China juga menyerukan agar dana itu dikeluarkan. Kedua negara ini menuduh AS dan sekutunya sebagai dalang yang meninggalkan warga Afghanistan menghadapi kehancuran, kemiskinan, terorisme, kelaparan, dan tantangan lainnya sendirian.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya