Berita

Isu bahan bakar di SPBU/Net

Publika

Indonesia G20 Presidency dan Subsidi Energi Fosil

MINGGU, 21 AGUSTUS 2022 | 10:54 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

INI yang ditakutkan pemerintah. Menyongsong G20 awal desember nanti, yang salah satu agenda utamanya adalah transisi energy. Bagaimana Jokowi G20 Presidency mau membanggakan diri dalam tema transisi energy kalau dia sendiri masih memberikan subsidi energy fosil sangat besar.

Subsidi yang paling mencolok adalah subsidi BBM dan LPG. Nilainya bisa menembus Rp 500 triliun rupiah. Hampir separuh penerimaan pajak pemerintah atau hampir dua kali lipat dari penerimaan PNBP atau hampir 3 kali penerimaan PNBP sumber daya alam. Ini akan membuat pemerintah Indonesia kehilangan muka.

Ini tentu belum ternasuk subsidi energi fosil batubara dalam masalah listrik. Sementara di listrik sendiri 70 persen kapasitas pembangkit nasional disupply dari pembangkit batubara. Ditambah lagi dengan skema wajib beli (TOP) oleh PLN atas pasokan  pembangkit batubara. Bagaimana menjelaskan kepada dunia bahwa transisi ini relevan.


Apakah pembicaraan dalam G20 yang akan dipimpin Indonesia akan menjadi omong kosong saja. Ini adalah agenda yang menyedot anggaran negara, menggunakan APBN, bagaimana mungkin membuang buang uang untuk makan enak sambil omong kosong (meok). Apakah agenda transisi energi itu adalah agenda menipu orang atau agenda menipu diri sendiri?

Padahal sejak COP 26 Paris Indonesia telah membangun komitmen besar kepada global akan pengurangan emisi. Ini erat kaitanya dengan sumangan global sebesar 100 miliar USD bagi pemulihan iklim dengan agenda penurunan emisi global. Uang ini akan diarahkan bagi investasi iklim, penciptaan lapangan kerja baru, pertumbuhan ekonomi baru dalam tema green growth.

Bagaimana uang 100 miliar dolar nanti akan digunakan oleh presiden Jokowi untuk mensubsidi BBM. Apakah bisa Indonesia menipu dunia dengan pencitraan di media, namun faktanya subsidi energi fosilnya adalah bagian terbesar dari seluruh uang yang bisa dialokasikan bagi pembangunan dan pemgentasan kemiskinan.

Bagaimana Indonesia akan dihormati sementara belum pernah dalam sejarah mengalokasikan uang sebesar Rp 500 triliun bagi kaum miskin. Tapi mengalokasikan uang sebesar itu untuk mensubsidi pengusaha sawit dan tambang pengguna subsidi dan memfasilitasi perdagangan solar gelap dan solar palsu karena adanya disparitas harga yang besar dengan solar subsidi.

Kalau begitu agenda G20 sebaiknya dijadikan sebagai agenda Meok saja. Agenda makan enak omong kosong, ngalor ngidul gak ada juntrungannya.

Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya