Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Warga Rusia Tersangka Pencucian Uang Cryptocurrency Diekstradisi dari Belanda ke AS

KAMIS, 18 AGUSTUS 2022 | 10:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Amerika Serikat akan mengekstradisi tersangka pelaku pencucian uang, Denis Dubnikov, yang ditangkap di Amsterdam pada 2 November 2021 lalu.

Dubnikov, yang merupakan warga negara Rusia, dicurigai melakukan pencucian uang cryptocurrency.

"Tersangka pencucian uang cryptocurrency diekstradisi minggu ini dari Belanda ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan di Distrik Oregon," kata Departemen Kehakiman AS dalan pernyataannya pada Rabu (17/8).

Pada Agustus 2021, pengadilan federal di Portland mendakwa pria 29 tahun itu atas perannya dalam konspirasi pencucian uang cryptocurrency internasional.

Menurut dakwaan, setidaknya antara Agustus 2018 dan Agustus 2021, Dubnikov dan rekan-rekan konspiratornya secara sadar dan sengaja mencuci hasil serangan ransomware terhadap individu dan organisasi di Amerika Serikat dan luar negeri. Secara khusus, Dubnikov dan kaki tangannya mencuci pembayaran tebusan yang diperas dari korban serangan ransomware Ryuk.

Dubnikov diduga mencuci lebih dari 400.000 dolar AS hasil tebusan Ryuk pada Juli 2019. Mereka yang terlibat dalam konspirasi telah mencuci uang setidaknya 70 juta dolar AS hasil tebusan.

"Jika terbukti bersalah, Dubnikov menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara," kata Departeman Kehakiman, seperti dikutip dari Sputnik.

Pengacara Dubnikov, Arkady Bukh, mengatakan bahwa jaksa AS sebenarnya masih belum menemukan dasar bukti. Ia akan bersikeras bahwa kliennya tidak bersalah.

"Sampai hari ini, tidak ada dasar bukti. Klien mengaku tidak bersalah dan akan berjuang untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Namun, pembelaan membutuhkan beberapa catatan untuk mendapatkan gambaran rinci tentang apa yang dimiliki penuntut dan untuk mempersiapkan persidangan yang dijadwalkan pada 4 Oktober," katanya.

Bukh, mengatakan sebelumnya bahwa terdakwanya ditolak masuk ke Meksiko pada awal November tahun lalu dan dikirim ke Amsterdam dan ditahan. Dokumen untuk penahanan kemungkinan besar disiapkan selama penerbangan kliennya dari Meksiko ke Belanda atas permintaan Departemen Kehakiman AS.

Pada Oktober 2020, FBI memperingatkan serangan siber pada sistem perawatan kesehatan AS dengan menggunakan ransomware. Menurut badan tersebut, para penjahat menggunakan virus untuk pencurian data dan gangguan layanan kesehatan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya