Berita

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin/Net

Dunia

China Kecam Undang-undang CHIPS AS, Sebut Sebagai Gangguan dan Pemaksaan Ekonomi

KAMIS, 11 AGUSTUS 2022 | 15:44 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

China nyatakan keberatan atas ditandatanganinya undang-undang CHIPS karena dinilainya sebagai sebuah gangguan dan pemaksaan ekonomi yang akan memicu persaingan tidak sehat.

Seperti dikutip dari Anadolu News, China pada Rabu (10/8) meluncurkan selebaran untuk menentang Undang-Undang CHIPS AS yang disebut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, akan mengganggu kerja sama ilmiah dan teknologi antara China dan AS.

"Ini memiliki nuansa geopolitik yang kuat dan merupakan contoh lain dari pemaksaan ekonomi oleh AS," kata Wang dalam konferensi persnya.

Asosiasi perdagangan China dan Dewan China untuk Promosi Perdagangan Internasional dan Kamar Dagang Internasional mengatakan RUU tersebut akan mengarah pada persaingan tidak sehat.

Sebab, penggunaan kekuatan pemerintah secara paksa pada pembagian kerja internasional di bidang semikonduktor akan merugikan kepentingan perusahaan di seluruh dunia, termasuk milik China dan AS.

"Subsidi khusus pada industri yang khas tidak sesuai dengan prinsip non-diskriminasi WTO. Selain itu, RUU CHIP yang menargetkan negara-negara tertentu akan memaksa perusahaan lain untuk menyesuaikan strategi dan tata letak pembangunan global mereka," jelas laporan tersebut.

Keduanya juga meminta komunitas bisnis global untuk bekerja sama menghilangkan dampak merugikan dari tindakan tersebut terhadap komunitas bisnis dan mengambil langkah-langkah efektif untuk melindungi hak dan kepentingan sah mereka bila diperlukan.

Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa (9/8) menandatangani undang-undang Chips and Science Act (CHIPS Act) yang bertujuan untuk menginvestasikan 52,7 miliar dolar AS untuk industri semikonduktor.

Biden mengatakan tindakan itu dilakukan untuk memperkuat keamanan nasional AS dengan mengurangi ketergantungan pada semikonduktor asing dan menyaingi keunggulan teknologi China.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya