Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Ukraina Dapat Suntikan Bantuan Persenjataan Terbaru dari Pentagon, Nilainya Mencapai 1 Miliar Dolar AS

SELASA, 09 AGUSTUS 2022 | 07:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Departemen Pertahanan AS secara resmi mengumumkan paket bantuan militer terbesarnya untuk Kiev sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai pada Februari lalu.

Bantuan berupa senjata tambahan senilai 1 miliar dolar AS (setara 14,850 triliun rupiah) diumumkan Senin (8/8) setelah mendapat persetujuan dari Presiden Joe Biden.

"Batch persenjataan terbaru telah disetujui di bawah apa yang disebut 'drawdown authority' Presiden Joe Biden, dan merupakan paket ke-18 untuk Ukraina," kata Pentagon, seperti dikutip dari AFP, Selasa (9/8).

"Amerika Serikat akan terus bekerja dengan sekutu dan mitranya untuk memenuhi persyaratan medan perang Ukraina yang terus berkembang. Ini juga akan memberi Ukraina kemampuan utama yang dikalibrasi untuk membuat perbedaan,” katanya.

Bantuan tersebut mencakup amunisi untuk peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang sebelumnya dikirim AS ke Ukraina, serta 1.000 rudal anti-tank Javelin, bahan peledak C-4, ranjau anti-personil Claymore, dan puluhan ribu peluru artileri dan anti-pesawat.

Selain itu, Pentagon juga berencana untuk menyediakan 50 kendaraan perawatan medis lapis baja, ditambah lebih banyak palet pasokan dan peralatan medis.

Hingga saat ini Biden telah menyetujui sekitar 9,8 miliar dolar AS bantuan militer ke Kiev sejak ia menjabat pada Januari 2021, termasuk 9 miliar dolar AS sejak tank Rusia meluncur melintasi perbatasan Ukraina.

Pejabat Ukraina telah memuji keefektifan sistem HIMARS buatan AS, menyebutnya sebagai “pengubah permainan” di medan perang. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menghancurkan enam dari 16 peluncur HIMARS yang dikirim AS ke Ukraina, serta persediaan amunisi.

Persetujuan Biden atas bantuan terbaru datang hanya beberapa hari setelah CBS News merilis laporan investigasi pada Kamis pekan lalu. Dalam laporannya outlet media tersebut mengklaim bahwa hanya sekitar 30 persen dari senjata yang dikirim ke Ukraina oleh AS dan sekutunya yang benar-benar berhasil mencapai garis depan.

Namun, menghadapi tekanan dari pemerintah Ukraina dan pendukungnya, CBS kemudian menyensor sendiri laporannya pada Minggu, memutuskan untuk membatalkan sebuah film dokumenter yang telah direncanakan untuk disiarkan tentang masalah tersebut dan merevisi versi teks laporannya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya