Berita

Diskusi Bedah Buku “Pendidikan Rusak-rusakan” karyanya sendiri di Sultan Residence, Rabu (4/8) kemarin/Net

Politik

Aktivis Dorong Jokowi Serius Beri Perhatian pada Pendidikan Nasional

JUMAT, 05 AGUSTUS 2022 | 15:35 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pendidikan nasional sedang tidak baik-baik saja. Untuk itu, Presiden Joko Widodo untuk memberi perhatian serius dan melakukan sejumlah tindakan segera di bidang pendidikan.

Seruan ini disampaikan langsung para praktisi dan pengamat pendidikan dalam diskusi Bedah Buku “Pendidikan Rusak-rusakan” karyanya sendiri di Sultan Residence, Rabu (4/8) kemarin.

Hadir sebagai narasumber Dhitta Puti Sarasvati dari Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas; Dr. Susetya Herawati dari Yayasan  Suluh Nuswantara Bakti; dan Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo Sitepu (melalui zoom).

Sementara para aktivis seperti Ki Dr. Bambang Pharmasetiawan Ahmad Rizali dari NU Care, serta Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti Pontjo Sutowo juga turut menyaksikan diskusi.

“Pak Jokowi, mohon berikan perhatian kepada pendidikan nasional. Saat ini telah terjadi komersialisasi, kapitalisasi dan politisasi guru, dan disorientasi arah pendidikan pada sekolah dasar dan menengah,” kata pengamat pendidikan Dharmaningtyas.

Ki Tyas, sapaan akrabnya, mengurai bahwa penyakit kronis di perguruan tinggi tidak jauh beda. Komersialisasi, privatisasi, liberalisasi, dan orientasi pada gelar menjadi penyebab penyakit itu muncul.

Gurita neoliberalisme dalam sistem pendidikan nasional sudah mulai tampai. Ki Tyas mengurai bahwa praktiknya sedang terjadi dalam pendidikan dasar, menengah, dan tinggi serta masuk dalam RUU Sisdiknas yang saat ini sedang dalam proses pembahasan.

“Karena itu, Presiden Joko Widodo diminta serius menangani arah pendidikan nasional yang tercermin dalam RUU Sisdiknas ini,” terangnya.

Jika presiden tidak turun tangan, Ki Tyas khawatir gurita neoliberalisme akan melahirkan tenaga kerja yang tunduk pada kapitalis, menjadi alat reproduksi ideologi yang hanya menguntungkan kelas tertentu, dan pengelolaan pendidikan seperti pengelolaan perusahaan.

Semua itu akan berdampak pada kesadaran kritis dan emansipatoris peserta didik yang mandek serta melumpuhkan ingatan historis dan kebangsaan.

“Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa kita,” ujarnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya