Berita

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba/Net

Dunia

Disebut Langgar Hukum Humaniter, Ukraina Marah ke Amnesty International

JUMAT, 05 AGUSTUS 2022 | 07:12 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Laporan terbaru Amnesty International yang menyatakan Kiev melanggar hukum humaniter selama konflik dengan Rusia ditanggapi dengan marah oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba.

Dalam pernyataan Kamis (4/8), Kuleba menolak disalahkan karena menempatkan aset militernya di sekolah dan daerah pemukiman sehingga membahayakan warga sipil.

Kuleba meminta agar Amnesty tidak mencari keseimbangan palsu antara Rusia sebagai negara kriminal, dan Ukraina sebagai negara yang membela diri dari invasi Rusia. Amnesty harusnya bergerak untuk memberitahu dunia tentang kejahatan Rusia.

“Saya mengerti bahwa Amnesty akan mengkritik perang Rusia-Ukraina dari kedua sisi. Namun, pihak Amnesty bukannya mencari kebenaran dan menyajikannya kepada dunia, tetapi malah menciptakan keseimbangan yang salah antara penjahat dan korbannya, antara negara yang menghancurkan dan negara yang mati-matian membela diri," kata Kuleba, seperti dikutip dari Interfax, Kamis (4/8).

Kuleba juga mendesak organisasi tersebut untuk berhenti “menciptakan realitas palsu” di mana setiap orang “bersalah atas sesuatu.”

"Amnesty terutama harus fokus pada apa yang dilakukan Rusia di Ukraina dan kehancuran apa yang telah dibawa Moskow ke negara ini," katanya.

Pada Kamis (4/8), Amnesty merilis sebuah laporan yang menuduh Kiev melakukan pelanggaran yang jelas terhadap hukum humaniter internasional, mengatakan mereka membahayakan nyawa warga sipil dengan menempatkan militernya dekat dengan infrastruktur sipil.

Menurut laporannya, 22 dari 29 sekolah yang dikunjungi Amnesty antara April dan Juli, ditemukan bukti aktivitas militer. Bahkan, di lima lokasi, mereka menyaksikan pasukan Ukraina menggunakan rumah sakit sebagai pangkalan.

LSM tersebut mengatakan bahwa penggunaan militer Ukraina yang melanggar hukum atas objek sipil tidak dibenarkan.

Juru Bicara KementerianLluar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, laporan LSM tersebut hanya mengkonfirmasi apa yang telah diketahui Moskow sejak lama.

"Kami telah mengatakan hal ini  terus-menerus, menyebut tindakan angkatan bersenjata Ukraina sebagai taktik menggunakan warga sipil sebagai 'perisai manusia'," kata Zakharova.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya