Berita

Presiden Jokowi dan miniatur kereta cepat/Net

Politik

BPK Hingga KPK Harus Pelototi Proyek Kereta Cepat, Jangan Sampai Ada KKN

KAMIS, 28 JULI 2022 | 07:45 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk mengusut tuntas proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) karena mengalami pembengkakan biaya yang harus ditanggung oleh pemerintah Indonesia.

Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengingatkan bahwa proyek kereta cepat akan menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Jokowi. Sebab, pembangunan proyek semestinya sudah ada estimasi bahkan terdapat skema pembiayaan yang pasti, sehingga tidak kemudian mengalami pembengkakan biaya di tengah jalan.

"Estimasi pembiayaannya berapa? Kok tiba-tiba ada pembengkakan, saya kira ini harus dipelototi oleh BPK, PPATK maupun KPK. Jangan sampai bengkaknya proyek kereta cepat ada berbau KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di belakangnya," ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (28/7).

Seharusnya, kata doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini, jika anggarannya sudah diajukan dan disetujui, maka menjadi tanggung jawab penerima proyek terhadap adanya pembengkakan, dalam hal ini China.

"Bukan tanggung jawab negara (Indonesia) apalagi dibebankan kepada negara. Kalau tiba-tiba terjadi pembengkakan apalagi dibebankan kepada APBN, untuk apa diserahkan kepada China? Kenapa tidak dikerjakan sendiri?" heran Saiful.

Saiful berharap, agar pemerintah Indonesia tidak dibohongi China dengan skema pembengkakan biaya dalam proyek KCJB.

"Jangan sampai negara kita dikibulin oleh China dengan skema pembengkakan biaya, terlebih lagi ada indikasi dugaan menguntungkan pihak tertentu misalnya," kata Saiful.

"Untuk itu, ini harus ada sinergitas aparat menegak hukum dan lembaga pemeriksa keuangan, jangan sampai pembengkakan tersebut justru menjadi celah bagi pemerintahan Jokowi pada saat tidak berkuasa diungkit-ungkit mengenai persoalan pembengkakan dana pembangunan kereta cepat tersebut," sambung Saiful menutup.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya