Berita

Sekjen MES Iggi Haruman Achsien

Publika

Catatan Arafah 2022

OLEH: IGGI HARUMAN ACHSIEN*
JUMAT, 15 JULI 2022 | 11:25 WIB

AL Hajju Arafah. Haji adalah Arafah. Berdiam diri dari tergelincir sampai tenggelamnya matahari. Di sebuah padang luas pada tanggal 9 Dzulhijjah. Padang yg dikelilingi bukit-bukit bebatuan.

Tidak ada monumen. Tidak ada bangunan yang bisa dijadikan background atau spot berfoto ataupun swafoto alias selfie. Hanya padang kosong yang diisi tenda-tenda untuk jutaan jamaah manusia.

Saat umrah di Mekkah, masih ada Kabah. Ketika jumrah, masih ada tiang-tiang jamarat di sana. Banyak yang berfoto di depan Kabah dan jamarat. Bahkan ada yang sempat juga merekam video. Entah yang mana fokusnya, diri sendiri atau Kabah dan Jamaratnya. Mungkin untuk menjadi pengingat momentum pada saat itu.


Tapi tidak di Arafah. Kalaupun foto diambil, lebih menggambarkan suasana dan aktivitas di Arafah. Atau mengambil foto langit senja Arafah. Karena memang di Arafah seharusnya berdiam. (Kalau banyak berfoto berarti tidak berdiam?) Berkontemplasi. Tafakur. Merenung. Seperti Nabi SAW saat menyepi di Gua Hira. Seperti perjalanan pemikiran dan rasa Ibrahim As saat menemukan Tuhan dan sampai kepada tawhid.

Karena mulianya hari Arafah, dalam hal tempat dan waktu diijabahnya doa-doa, jamaah juga dianjurkan banyak berdoa. Melangitkan harapan dan permintaan-permintaan terbaik. Ada yang menuliskan daftar doa-doanya. Ada yang spontan mengucap lirih doa doanya. Ada yang mengikuti imam yang memimpin doa. Ada juga yang meng-amin-kan doa-doa  agar dibawa malaikat-malaikat penjaga Arafah ke hadapan Allah. Jutaan doa memenuhi padang dan langit Arafah.

Tidak perlu foto atau video yang menjadi pengingat di Arafah saat kita berdiam dan berdoa. Karena momentum Arafah sudah sepatutnya melekat di hati, menempel erat di pikiran. Momentum Arafah menjadi sangat personal antara masing-masing jamaah dengan Allah.

Ketika prosesi haji dimulai, dengan menggemakan talbiyah, Labbaik Allaahuma Labbaik, Aku penuhi panggilanMu ya Allah, Aku penuhi panggilanMu. Karena cinta Allah, kita dipanggil. Karena cinta kepada Allah pula kita datang. Apa yang lebih menggairahkan dari panggilan kekasih? Apa yang lebih menyenangkan dari menjawab panggilan kekasih? Apa yang lebih membahagiakan saat "bertemu" kekasih?

Karena ketika kita dipanggil, lalu kita memenuhi panggilan itu, selayaknya terjadi "pertemuan" tersebut. Itulah momentum saat wukuf di Arafah. Karena Wukuf itu berdiam. Sementara Arafah memiliki terjemah saling mengenal, mengakui, dan bertemu. Berdiam untuk bertemu. Perjumpaan. Tawwajuh.

Oleh karenanya, momentum Arafah sewajarnya menjadi luar biasa secara spiritual. Ada yg diam-diam air matanya meleleh, atau mengalir deras. Ada yang menangis terisak, atau tersedu. Ada yang tubuhnya terguncang, atau bergetar hebat, dan lain sebagainya yang sulit dideskripsikan karena sifatnya personal. Kesyahduan tersebut menyeruak karena dalam pertemuan tersebut gambaran kehidupan yang sudah dilalui seperti diputar ulang.

Ingatan terhadap masa lalu, terhadap orang tua, pasangan, anak-anak, perbuatan salah dan dosa, dan lain sebagainya yang membuat kita meminta ampunan kepadaNya. Rasa akan masa kini, saiki-ngene-nang kene (sekarang, seperti ini, di sini) yang membuat kita bersyukur kepadaNya. Harapan untuk masa mendatang (termasuk akhir hayat) yang membuat kita  memanjatkan harapan dan doa-doa.

Bentuk kesyahduan lainnya bisa jadi justru tidak  ingat apa-apa, dan tidak sempat berdoa apapun, karena saat perjumpaan menjadi menihilkan diri, melebur, manunggaling kawula Gusti, karena yang ada hanya Allah…

Haji itu memang Arafah. Tapi Arafah bukan tujuan haji (termasuk doa-doanya). Sebagaimana Kabah juga bukan tujuan haji. Demikian juga Muzdalifah dan Mina. Semuanya persinggahan sementara. Ketika masih ada tugas duniawi dan spiritual yang harus dilakukan, maka kita harus kembali pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya Nabi Saw masih harus kembali kepada umatnya setelah Mi'raj. Tujuan haji hanyalah Allah. Tawhid.

Wallahu'alam.

Penulis adalah Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya