Berita

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan/Net

Publika

Anies Baswedan, Kalimatun Sawa Nasdem dan PKS

OLEH: MOCH EKSAN*
KAMIS, 23 JUNI 2022 | 16:47 WIB

PERTEMUAN Partai Nasdem dengan PKS menghasilkan kesepakatan untuk kerjasama dalam persiapan Pilpres 2024. Surya Paloh dan Ahmad Syaikhu sama-sama mengakui bahwasanya banyak kesamaan dua partai yang dikomandaninya. Titik kesamaan inilah yang mendorong untuk merajut kerjasama lebih serius dalam menghadapi suksesi kepemimpinan nasional.

Memang, dua partai yang telah melaksanakan Rakernas dua pekan terakhir ini, belum menyebut nama bakal calon presiden. Tapi, dalam relung hati terdalam, publik dapat membaca dari kasak kusuk seputar Pilpres. Kecenderungan Nasdem dan PKS sama mengarah pada figur yang sama. Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta adalah "kalimatun Sawa" baina Nasdem wa PKS.

Kata "Kalimatun Sawa" adalah tarkib idhafi dalam Bahasa Arab yang berarti: kata yang sama, kata sepakat atau titik temu. Kata ini diambil dalam QS Ali Imran/3:64, "Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu..."

Mufassir Nusantara Hasbi Asshidiqie, menafsirkan "Kalimatun Sawa" dengan kesepakatan di atas perbedaan. Mereka memilihnya titik temu untuk menghindari perselisihan dan mewujudkan kemaslahatan bersama.

Dalam konteks ini, perbedaan platform Nasdem sebagai partai nasionalis dan PKS sebagai partai berbasis Islam, mencari titik temu bersama untuk menghindari perselisihan negara vs Islam, dan mewujudkan politik inklusif demi keutuhan bangsa.

Tak bisa dipungkiri, rezim yang berkuasa 10 tahun terakhir ini telah memarginalisasikan sebagian kelompok umat Islam. Mereka merasa dikucilkan atau bahkan disingkirkan dari panggung kekuasaan. Sikap kritis dan oposan dimaknai sebagai bentuk pembangkangan terhadap negara.

Negara memperlakukan umat Islam dengan politik belah bambu. Satu diangkat dan satu yang lain diinjak. NU dan Muhammadiyah diangkat, kelompok lain diinjak. Efek dari kebijakan ini, tak sedikit umat Islam mengalami dislokasi keindonesiaan. Rasa keindonesiaan tak tumbuh bersamaan dengan rasa keislaman.

Dari 237,53 juta atau 86,9 persen Umat Islam Indonesia, tak semua menerima keindonesiaan dengan utuh. Di antara mereka ada yang berselisih dengan ideologi, konstitusi, sistem ketatanegaraan, dan realitas sosial yang majemuk. Mereka menginginkan bentuk negara lain: Khilafah Islamiah atau Negara Islam Indonesia (NII).

Kebijakan negara yang represif terhadap sebagian kelompok umat Islam, telah menimbulkan simpati terhadap mereka satu sisi dan antipati terhadap pemerintah sisi lain. Ini ongkos yang harus dibayar dari kegagalan negara melakukan indoktrinasi ideologi negara.

Surya Paloh gelisih melihat polarisasi negara vs Islam ini. Sehingga sampai menggulirkan duet Anies-Ganjar atau Ganjar-Anies untuk mengakhir perseteruan kelompok Islam dan nasionalis atau nasionalis dan Islam. Sayangnya, gagasan ini kurang mendapat dukungan dari kekuatan politik yang lain.

Ganjaris, seperti Mazdjo Pray, bahkan menuding Nasdem sebagai pendukung kadrun setelah mengumumkan Anies sebagai bakal calon presiden. Padahal, Rakernas menyebut 3 nama. Termasuk Andika dan Ganjar.

Sementara, Ganjar itu sendiri saat diumumkan sebagai bakal calon presiden oleh Nasdem, komentarnya sangat ketus. Ia mengucapkan terima kasih. Disamping, ia menegaskan bahwa dirinya anggota PDIP yang tegak lurus kepada Megawati Soekarnoputri.

Kelihatannya, Ganjar itu politisi yang masih embok-emboken. Tanpa restu Mega dan didukung oleh PDIP, ia lebih memilih untuk tak mencalonkan diri sebagai capres 2024. Mega bagi dirinya bukan sekadar ketua umum tapi juga ibu sebagai pengganti ibu kandungnya.

Oleh karena itu, peluang Anies dicapreskan oleh NasDem sangat terbuka lebar. Tinggal, bagaimana Nasdem memenuhi persyaratan presidensial threshold. PKS mitra potensial untuk mengusung Anies dan mengakhiri posisinya sebagai oposisi selama rezim Jokowi berkuasa.

Memang, Nasdem dan PKS belum cukup mengusung Anies, butuh dukungan dari partai parlemen lain. Sebab, akumulasi kursi dua partai ini hanya 109 kursi. Kurang 5 kursi untuk memenuhi 20 persen.

Lalu, partai apa yang bersedia bergabung dalam koalisi NasDem ini? Sepertinya tinggal Partai Demokrat yang tersisa. Selebihnya sudah masuk KIB, dan KIR. Di tengah kebuntuan ini, Indonesia menunggu manuver Surya Paloh sebagai king maker dari koalisi pendukung Anies.

*Penulis adalah Ketua Bidang Hubungan Legislatif DPW Partai Nasdem Jawa Timur dan Pendiri Eksan Institute

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya