Berita

Ketum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf/RMOL

Politik

Perang Kata Cak Imin dan Gus Yahya Bisa Buyarkan Konsolidasi Politik Nahdliyin di Pemilu 2024

RABU, 11 MEI 2022 | 16:21 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Ketegangan politik antara Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf rupanya terus berlanjut.

Terbaru, politisi yang biasa disapa Cak Imin menyebutkan bahwa apa yang disampaikan oleh Gus Yahya terkait dengan PKB tidak akan berpengaruh apa-apa.

PKB, ditegaskan Cak Imin memiliki 13 juta pemilih dan riset beberapa lembaga survei pendukung adalah paling loyal.


Gus Yahya sendiri sejak terpilih Ketum PBNU memang kerap melontarkan pernyataan yang secara politik mengambil jarak dengan PKB. Salah satu pernyataan yang paling kentara Gus Yahya memantik emosi partai besutan Cak Imin adalah dia menegaskan bahwa PBNU tidak ingin jadi alat politik PKB.

Direktur Eksekutif Indostrategic, A. Khoirul Umam berpendapat ketegangan politik merupakan benturan ego personal antara Cak Imin dengan Gus Yahya. Ketegangan itu kelanjutan dari friksi politik yang mencuat dalam Muktamar PBNU ke-34 di Lampung akhir tahun lalu.

Menurut Umam, benturan gerbong Cak Imin yang memdukunhgKiai Said dengan gerbong Gus Yahya saat itu, dibangun di atas narasi gugatan atas politisasi NU yang dioperasikan oleh sel-sel politik PKB yang dianggap leluasa mempengaruhi dan mengendalikan struktur NU.

"Karena itu, perang kata dan ketegangan antara Cak Imin dan Gus Yahya mulai tercipta, seolah memgembalikan sejarah konflik lama antara kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur yang kini direpresentasikan oleh Gus Yahya, mantan jubir Presiden Wahid kala itu," demikian pendapat Umam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/5).

Dalam pandangan Umam, jika friksi berbasis ego personal antara Cak Imin dan Gus Yahya ini tidak dikelola, maka fragmentasi hingga konflik akan melembaga, dan melibatkan kekuatan politik PKB dan PBNU.

Imbasnya, tambah Dosen Universitas Paramadina ini akan berdampak buyarnya konsolidasi politik Nahdliyyin di Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang.

"Jika basis pemilih loyal Nahdliyyin menyebar, perolehan suara PKB akan merosot dan dukungan warga Nahdliyyin terhadap pasangan Capres-Cawapres berpotensi tersebar secara merata," pungkas Umam.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya