Berita

Dunia

UE Desak Pelarangan Minyak Rusia Segera, Hongaria-Slovakia-Republik Ceko dan Bulgaria Masih Pikir-pikir

SELASA, 10 MEI 2022 | 14:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Uni Eropa masih terus menggali kemungkinan larangan minyak Rusia diberlakukan dengan segera. Memasuki hari keenam, blok itu berada di persimpangan jalan.

Negara-negara berdebat mengenai apakah pelarangan bisa diberlakukan segera, setidaknya dalam enam bulan ke depan dan bagaimana mengantisipasi kekurangan kebutuhan. Diskusi juga melibatkan tuntutan mengenai dispensasi khusus untuk mengakomodasi kebutuhan domestik beberapa negara.

Hungaria, Slovakia, Republik Ceko dan Bulgaria, masih menjadi negara yang paling menolak pelarangan minyak Rusia. Ketergantungan pada minyak Rusia, membuat keempat negara tersebut tidak dapat beralih ke penyedia lain dalam waktu sesingkat itu, tanpa membahayakan ekonomi nasional mereka.

Hongaria melalui Menteri Luar Negeri Zoltan Kovacs mengatakan sikap negara itu belum berubah; menolak pelarangan minyak Rusia.

"Masih belum ada proposal yang bisa kami terima, dan sikap Hongaria tetap tidak berubah," katanya, seperti dikutip dari EuroNews.

Jika Uni Eropa mendesak pelarangan minyak dilakukan serentak dan segara, maka itu sama seperti "bom atom ekonomi", menurut Perdana Menteri Viktor Orbán, karena itu berarti Uni Eropa mengabaikan kebutuhan Hongaria.

Pembicaraan awal menyebutkan bahwa UE bisa memberikan kompromi untuk Hongaria dan Slovakia dengan mengijinkan keduanya menyelesaikan kontraknya dengan Rsuai hingga akhir 2024, dua tahun lebih lambat dari apa yang diusulkan Brussels.

Slovakia, yang 100 persen bergantung pada minyak Rusia, berpendapat satu-satunya kilangnya, Slovnaft, dapat bekerja secara eksklusif dengan jenis minyak Rusia yang berat. Penggunaan kembali teknologi menjadi minyak mentah yang lebih ringan akan membutuhkan antara empat hingga enam tahun dan investasi 250 juta euro, menurut perkiraan pemerintah.

Juru bicara Slovakia mengatakan, negara itu bersedia untuk mempercepat jangka waktu ini dan mendorong pembebasan tiga tahun. Memperkenalkan embargo minyak Rusia pada akhir tahun akan memicu "resesi bersaing," pejabat itu menekankan.

Sementara untuk Ceko, sedang dibahas perpanjangan kesepakatan dengan Rusia hingga Juni 2024, tanggal di mana pemerintah mengharapkan untuk terhubung ke Pipa Transalpine.

Baru-baru ini, Bulgaria muncul sebagai negara keempat yang menuntut dispensasi soal pelarangan minyak Rusia.

"Gazprom telah menghentikan ekspor gas ke Polandia dan Bulgaria karena penolakan negara-negara tersebut untuk membayar pasokan dalam rubel," kata juru bicara Perwakilan Tetap Bulgaria untuk UE kepada Euronews.

"Dalam konteks ini, kami menginginkan pengecualian dari embargo yang diusulkan oleh Komisi Eropa atas impor minyak dari Rusia dalam kondisi yang sama seperti Hungaria dan Slovakia."

Tidak seperti Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko, yang semuanya terkurung daratan, Bulgaria memiliki akses ke Laut Hitam, membuka rute yang lebih mudah bagi pemasok alternatif untuk membawa barel minyak mentah untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh Rusia.

Sanksi UE membutuhkan persetujuan bulat dari 27 negara anggota.

Komisi dan kepresidenan Dewan Uni Eropa di Prancis bersikeras bahwa 27 orang itu "bersatu" dalam kebutuhan untuk mengadopsi paket sanksi terbaru.

"Kami perlu menyelesaikan paket ini secepatnya," kata seorang sumber diplomatik, yang berbicara dengan syarat anonim, mencatat diskusi sekarang difokuskan pada solusi "solidaritas" untuk negara-negara yang paling terkena dampak embargo.

Namun, pejabat lain mengatakan bahwa pengecualian bukanlah ide yang baik, menimbulkan "ancaman terhadap aturan persaingan" dan harus disertai dengan pajak tambahan dan larangan untuk menjual minyak Rusia ke negara lain.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya