Berita

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan/Net

Politik

Mantan Menko Ekuin: Bang Luhut Ini kan Pintar, Kok Cita-citanya Cuma Mau Jadi Harmoko Jilid 2?

MINGGU, 01 MEI 2022 | 01:56 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Otak di balik kekacauan sosial, politik, hingga ekonomi nasional, yang terjadi saat pemerintahan Presiden Joko Widodo berjalan 8 tahun, tertuju kepada sosok Luhut Binsar Pandjaitan.

Bagaimana tidak, dalam beberapa pekan terakhir nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu jadi trending di Twitter. Mulai dari perbincangan isu penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, hingga isu masalah minyak goreng.

Tak heran jika akhirnya publik menganggap Luhut sebagai dalang dari semua permasalahan yang muncul belakangan ini.


Bahkan, kekecewaan yang begitu besar ditunjukkan mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Dr Rizal Ramli.

Rizal Ramli yang sudah bertahun-tahun lamanya mengenal dan bahkan bekerja bersama Luhut di pemerintahan melihat gelagat ingin berkuasa yang terlalu besar dari Luhut.

Menurut RR, sapaan Rizal Ramli, sifat ambisius yang dimiliki Luhut sudah hampir-hampir mirip dengan tokoh politik Partai Golkar zaman Presiden kedua RI Soeharto, yang juga pernah menjabat Menteri Penerangan yaitu Harmoko.

Kemiripan Luhut dengan Harmoko, dipaparkan RR, begitu mirip dalam hal memanfaatkan pemimpin pemerintahan untuk tetap bisa berkuasa dalam jangka waktu yang lama.

"Teman saya ini, Bang Luhut, kan pintar ya. Kok cita-citanya rendah banget, cuma mau jadi Harmoko jilid 2," ujar Rizal dalam kanal Youtube "Total Politik" yang dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (30/4).

Angin surga yang diberikan Harmoko kepada Soeharto diembuskan sebelum tragedi 1998. Hal itu diingat betul oleh RR. Karena pada saat yang sama ia juga mengetahui cerita bahwa Soeharto sebenarnya sudah ingin mundur dari kontestasi Pemilu 1997.

"Ingat enggak Harmoko? Pak Harto itu waktu Ibu Tien meninggal sudah dibujuk (sebelumnya) sama Ibu Tien 'Mas jangan maju lagi, ngurusin cucu saja sama anak-anak." Pak Harto setuju," ungkapnya.

Pada saat yang sama, RR juga ingat Soeharto mendapat kunjungan dari Presiden Amerika Serikat kala itu, Bill Clinton. Dalam pertemuan itu dia diingatkan agar tak usah lagi ikut pada Pemilu 1997, supaya Indonesia melakukan transisi politik ke era demokratik.

"Tapi Golkar terus saja ngangkat, 'Pak Harto harus maju lagi, enggak ada pilihan. Pemimpin Indonesia harus Pak Harto'. Dimobilisasilah acara Golkar di seluruh Indonesia supaya tetap dukung Pak Harto," paparnya.

Dalam upaya Golkar memobilisasi dukungan untuk Soeharto pada Pemilu 1997, Rizal menuturkan, presiden yang dikenal dengan nama "Bapak Pembangunan" ini menolak diusung menjadi capres saat menghadiri mobilisasi dukungan di Pekanbaru, Riau.

"Soeharto bilang, 'mohon maaf, saya ini sudah setop, tua, ompong, pikun, peot, jangan saya lagi'," imbuh Rizal.

Tapi sayangnya, sang pembisik kuat Soeharto, Harmoko, justru terus melakukan siasat politik agar Pemilu 1997 bisa memenangkan Soeharto kembali menjadi presiden.

"Jadi, Harmoko dan Golkar dengan ngangkat-ngangkat Pak Harto akhirnya menciptakan tragedi Soeharto harus jatuh secara enggak enak," lanjut mantan Kepala Bulog ini.

Dari cerita pengalaman kejatuhan Soeharto itu, Rizal menduga kali ini Luhut menjadi sosok pembisik Jokowi supaya melanjutkan kepemimpinan Indonesia untuk periode ketiga, meskipun pada faktanya konstitusi hanya membatasi 2 periode.

"Lah kok teman saya, Luhut Pandjaitan mau jadi Harmoko jilid 2. Bang, sudah lah, Bang, setop. Itu ambisi you pribadi, karena you terlalu banyak kepentingan bisnis. Terlalu ingin terus berkuasa. Sudahlah, berhenti. Kita kembangkan demokrasi," ajaknya.

"Abang kan muridnya Gus Dur, guru Mahfud dan kita semua. Tapi kayaknya waktu Gus Dur kuliah demokrasi, tentang good government abang kayaknya enggak hadir tuh kuliahnya, absen kuliah dia. Jadi saya mohon sudahlah. Otak di belakang ini namanya Luhut Pandjaitan. It's time to stop, jangan ngeyel terus," tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya