Berita

Soekarno, Rizal Ramli, dan Mohamad Husni Thamrin/RMOL

Publika

Bebek Lumpuh Bikin Marah Rakyat

SABTU, 30 APRIL 2022 | 22:19 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

KORAN Buana Minggu, edisi 27 Juni 1976, memuat memorabilia tentang optimisme Mohamad Husni Thamrin mengenai semakin mendekatnya kemerdekaan Indonesia.

Dalam makan malam bersama para kemenakannya di Kampung Sawah Besar, Jakarta,  awal tahun 1940-an, tokoh Parindra yang juga mentor Sukarno itu berkata:

“Tidak lama lagi tentara Jepang akan mendarat di Indonesia. Jadi nanti kita akan pindah ke sana,” kata Thamrin sambil menunjuk ke arah Istana Gubernur Jenderal di Jalan Koningsplein atau Istana Merdeka, sekarang.

Optimisme Thamrin akan terjadinya perubahan ini didasari oleh situasi geopolitik dan Perang Dunia Kedua saat itu, dimana Jepang sedang merajai perang Asia Timur Raya.

Jepang yang menduduki tanah air, 1942, akhirnya dikalahkan oleh Sekutu pada Agustus 1945. Situasi ini kemudian mendorong tercetusnya kemerdekaan Indonesia.

Waktu diasingkan di Ende, Flores, Sukarno memperkirakan pula hal yang sama.

Udara kemerdekaan yang akan membebaskan rakyat dari penjajahan dan penindasan itu bahkan dilukiskan dalam sebuah lagu, berjudul “Di Timur Matahari Mulai Bercahaya”.

Prediksi akan datangnya perubahan oleh para tokoh bangsa ini bukan hanya didasari oleh situasi geopolitik dan Perang Dunia Kedua, kehendak untuk merdeka juga bergejolak di sanubari rakyat yang sejak tahun 1930-an kian terpukul oleh tekanan ekonomi akibat dampak Malaise.

Malaise atau Great Depression ialah era depresi ekonomi dunia. Dalam lidah Melayu Zaman Malaise kemudian disebut sebagai Zaman Meleset.

Di era menjelang kedatangan Jepang (termasuk pada saat pendudukan Jepang) rakyat jelata tiada ubahnya hidup bagaikan rakyat melata.

Koran-koran pada masa itu memuat banyak berita mengenai penderitaan rakyat.

Di antaranya koran Pertja Selatan, edisi 7 Mei menulis, orang lebih suka tinggal di bui karena mendapat makan tiga kali sehari. Di banyak tempat bahan makanan sulit didapat, sehingga terpaksa makan jantung pisang.

Koran Aksi, edisi 14 November melaporkan, tingkat pencurian dan gantung diri akibat frustrasi sosial di dalam masyarakat cukup tinggi. Supaya dapat bertahan hidup dan bisa makan tak jarang rakyat miskin menjual anaknya sendiri.

Sedangkan koran Sin Po, edisi 23 Januari mengabarkan, banyak pegadaian penuh. Semua orang menggadaikan barang, tetapi tidak ada satu pun yang menebusnya.

Apakah bedanya dengan keadaan sekarang? Di mana kini penderitaan rakyat malah ditutup-tutupi oleh media massa mainstream, termasuk televisi pro penguasa, sehingga kenyataan yang sebenarnya tiada nampak terbaca oleh publik ?

Teori Cyclical dalam historical science menyebut sejarah dapat berulang dengan peristiwa berbeda tetapi esensinya sama, itulah yang sedang terjadi di negeri ini hari ini.

Tokoh nasional Dr Rizal Ramli belum lama ini juga telah memperingatkan akan terjadinya perubahan yang tak bisa lagi dihindari, karena kian bertumpuknya anomali yang terjadi.

Menurutnya, hari ini kondisi ekonomi rakyat sangat berat. Lebih sulit dari April dan Mei 1998, daya beli masyarakat terus dirontokkan oleh kenaikan harga-harga.

Kondisi ekonomi yang mengundang kesengsaraan ini, menurutnya, telah membuat para mahasiswa, kalangan emak-emak, para aktivis, dan warga masyarakat biasa menjadi marah.

Sistem otoriter terjadi lagi, KKN tumbuh subur, dan rezim sangat pro kepada Beijing.

Rizal Ramli juga menyebut kondisi ekonomi saat ini punya kemiripan dengan situasi ekonomi tahun 1998. Di mana terjadi kelangkaan sejumlah bahan pokok, BBM naik, krisis perbankan, hingga APBN mengalami kebocoran, ditambah pula krisis hutang yang menggunung.

Ironisnya kalau dulu dalam menghadapi situasi seperti ini Soeharto lebih memilih lengser keprabon, karena tidak menginginkan lebih banyak lagi rakyat yang jatuh menjadi korban, penguasa hari ini justru bersikap ndableg.

Meski faktanya sudah bagaikan bebek lumpuh (sitting duck) dengan berbagai keputusan yang diambil lebih banyak bersifat ngasal.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya