Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov/Net
Peperangan yang terjadi di Ukraina sesungguhnya adalah cara Barat untuk mengacaukan situasi. Barat sengaja membuat agar Ukraina mengabaikan perjanjian Minsk yang seharusnya disepakati sejak beberapa tahun lalu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (19/4) menegaskan lagi bahwa Presiden Volodymyr Zelensky telah diperalat Barat untuk melawan Rusia.
"Saya pikir Barat memainkan Zelensky melawan Rusia. Dan (Barat) melakukan segalanya untuk mewujudkan keinginannya agar Ukraina mengabaikan Perjanjian Minsk," kata Lavrov.
Ia meyakini, seandainya Zelensky menepati tanggung jawabnya dan bekerja sama dalam mengimplementasikan Perjanjian Minsk, maka tidak ada perang seperti ini dan krisis tidak akan berlarut-larut.
Perjanjian Minsk adalah upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara pasukan Pemerintah Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina.
Dinamakan sebagai Perjanjian Mins, sesuai dengan nama ibu kota Belarus, Minsk, tempat ditandatanganinya perjanjian itu pada 2014 dan 2015 (Perjanjian Minsk I dan Perjanjian Minsk II).
Perjanjian Minsk berisi landasan proses perdamaian Donbass. Kesepakatan tersebut menguraikan langkah-langkah untuk mendeklarasikan gencatan senjata, menarik senjata, menyatakan amnesti, memulihkan hubungan ekonomi dan melakukan reformasi konstitusional di Ukraina melalui dialog dengan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang memproklamirkan diri (DPR, LPR), yang bertujuan untuk mendesentralisasikan kekuasaan dan memberikan dukungan ke distrik tertentu di wilayah Donetsk dan Lugansk.
Namun, proses negosiasi menjadi berlarut-larut dan akhirnya terhenti karena penolakan Kiev untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Secara khusus, Kiev menolak mengadakan dialog langsung dengan DPR dan LPR, menentang konsolidasi status khusus daerah dalam konstitusi, dan juga menuntut agar bagian perbatasan dengan Rusia di Donbass ditempatkan di bawah kendali Ukraina.
Pemerintah Ukraina memandang Perjanjian Minsk sebagai sarana untuk menyatukan kembali Ukraina dan sepenuhnya memulihkan kedaulatan Ukraina, meskipun dengan kekuasaan tertentu yang diberikan kepada Luhansk dan Donetsk.
Sebaliknya, Rusia meyakini bahwa Perjanjian Minsk memberikan status khusus kepada Luhansk dan Donetsk sebelum dipersatukan kembali dengan Ukraina. Itu akan memastikan Rusia mempertahankan pengaruhnya atas negara.
Demi mendamaikan Ukraina dan Rusia, Perancis dan Jerman pun memainkan peranannya untuk penyelesaikan Perjanjian Minsk. Mereka membentuk kelompok Format Normandia atau Normandy Format. Sayangnya upaya ini pun gagal.
Selama proses negosiasi yang alot, informasi berkembang tentang perlakuan pasukan Ukraina terhadap masyarakat di Donbas. Pemimpin Donetsk dan Lugansk, mendesak Putin agar mengakui kedaulatan dunia wilayah itu.
Pada 21 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengakuan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. Rusia mengakui republik Donbass sesuai dengan konstitusi DPR dan LPR dalam batas-batas wilayah Donetsk dan Lugansk pada awal 2014.
Presiden Rusia Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada 24 Februari bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para kepala republik Donbass, dia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina untuk melindungi orang-orang "yang telah menderita pelecehan dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun."
Rusia tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, mencatat bahwa operasi itu ditujukan untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.