Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Ukraina Memulai Musim Tanam Saat Petani Kekurangan Bahan Bakar

SELASA, 29 MARET 2022 | 13:11 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para petani di barat daya Ukraina mulai menananm biji bunga matahari. Ini adalah awal masa musim tanam. Masa yang ditunggu banyak petani dengan harapan apa yang mereka tanam akan membuahkan hasil panen yang bagus.

Sayangnya, masa tanam tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kekurangan bahan bakar mengancam produksi di negara yang dilanda perang, yang tanahnya memberi makan jutaan orang di seluruh dunia.

Ukraina adalah produsen minyak bunga matahari terbesar di dunia dan pengekspor utama gandum. Saat ini mereka berada di bawah ancaman invasi Rusia.


Bahate, yang terletak di dekat perbatasan Rumania, serta Kherson dan Mykolaiv, adalah wilayah di mana petani mengolah lahan yang biasa menghasilkan bunga matahari terbaik.

Namun wilayah itu sekarang menghadapi gempuran perang. Mykolaiv menghadapi rentetan tembakan Rusia setiap hari sementara pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali Kherson.

Alexander Petkov, seorang petani di Bahate mengatakan, musim tanam dan panen dimulai di lahannya di bahate sebelum terjadi perang. Sekarang ia cemas tidak dapat memulai penanaman seperti biasa.

Tahun lalu, bisnis pertanian Petkov, yang tersebar di lima desa, menghasilkan 30.000 ton jelai, 27.000 ton gandum, dan 5.500 ton bunga matahari.

Petkov menunjuk ke biji bunga matahari yang menghitam dan gandum yang menumpuk di lumbungnya karena tidak ada tempat untuk membawanya. Ada juga kekhawatiran atas risiko bahwa bahan bakar yang dibutuhkan untuk musim tanam akan cepat habis.

"Semua pelabuhan ditutup karena kehadiran kapal perang Rusia di Laut Hitam," katanya.

Pemerintah Ukraina telah menyarankan untuk mengekspor produk pertanian melalui pelabuhan Constanta di Rumania, tetapi rencana tersebut belum terlihat berjalan.

Petkov mengaku sangat prihatin dengan situasi ini. Saat ini ia masih memiliki sisa bahan bakar dari pembelian sebelum Rusia menginvasi Ukraina. Namun, itu hanya cukup untuk beberapa hari saja.

"Kami saat ini menggunakan sisa bahan bakar yang kami miliki sebelum perang, tetapi tidak ada pasokan baru," katanya. Ia khawatir, persediaan yang ada hanya cukup untuk lima hari ke depan.

Ukraina sangat bergantung pada impor bahan bakar, dengan sekitar 70 persen impor bensin dan solar berasal dari Rusia dan sekutunya Belarusia, menurut laporan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).

"Sebuah hambatan utama untuk musim tanam musim semi yang disebabkan oleh perang, adalah ketersediaan bahan bakar," kata FAO, seperti dikutip dari AP.

Hanya seperlima dari hampir 1.300 agribisnis besar yang disurvei oleh pemerintah Ukraina pada minggu 14 Maret memiliki cukup bahan bakar untuk menanam musim semi ini, kata FAO, menambahkan bahwa Ukraina juga dikhawatirkan akan menghadapi kekurangan pestisida dan pupuk.

Kementerian pertanian pada Jumat pekan lalu mengatakan, lebih dari 150.000 hektar (370.000 hektar) tanaman musim semi telah ditanam, termasuk jagung, kedelai, bunga matahari, millet, soba, gandum dan bit.

Itu cukup untuk menutupi ketahanan pangan selama satu tahun, tetapi invasi Rusia berisiko menciptakan pengurangan 30 persen di daerah budidaya yang berarti mempengaruhi 100 juta orang di seluruh dunia, menurut kementerian.

Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato video di sebuah forum di Doha kemarin, mengatakan bahwa pasukan Rusia telah merusak pertanian Ukraina, menghancurkan mesin-mesin, dan melenyapkan cadangan bahan bakar yang dibutuhkan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya