Berita

Roman Abramovich/Net

Dunia

Pejabat Ukraina Ragukan Laporan Abramovich Diracun Moskow, Bellingcat: Itu Hanya Peringatan

SELASA, 29 MARET 2022 | 09:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ukraina masih terus mendalami dugaan keracunan yang dialami pengusaha Rusia Roman Abramovich dan dua negositor Ukraina saat mereka bertemju di Kiev baru-baru ini.

Spekulasi berkembang bahwa kelompok "garis keras di Moskow" yang ada di balik dugaan keracunan itu. Klaim, yang dilaporkan Wall Street pada Senin (27/3), mengutip sumber anonim yang mengandalkan kelompok aktivis yang berbasis di Inggris, Bellingcat.  

Mereka mengklaim ketiganya menjadi sasaran senjata kimia atau radiasi elektromagnetik yang dilakukan orang-orang yang tidak ingin ada perdamaian antara Rusiadan Ukraina.


Dilaporkan bahwa gejala yang dialami ketiganya termasuk mata merah, luka yang terus-menerus dan menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.

Pejabat Ukraina lebih memilih menduga bahwa ketiganya mengalami gejala-gejala yang dimaksud karena faktor lingkungan.  

Penasihat presiden Mikhail Podolyak mengatakan kepada Reuters bahwa ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi saat ini. Sementara Rustem Umerov, yang diduga salah satu dari tiga orang yang terkena dampak, mengatakan orang tidak boleh mempercayai "informasi yang tidak diverifikasi."

Investigasi tentang masalah keracunan ini dilakukan oleh Christo Grozev dari Bellingcat, yang oleh WSJ digambarkan sebagai sumber terbuka.

Bellingcat telah mengklaim keterlibatan Rusia dalam dugaan peracunan 2018 terhadap Sergey dan Yulia Skripal di Inggris dan aktivis Alexey Navalny pada tahun 2020. Rusia menetapkannya sebagai agen asing pada Desember 2020, mengutip hubungan Bellingcat dengan badan-badan intelijen Barat dan pendanaan oleh AS, Inggris dan pemerintah Belanda.

“Bellingcat dapat mengkonfirmasi bahwa tiga anggota delegasi yang menghadiri pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia pada malam 3 hingga 4 Maret 2022 mengalami gejala yang konsisten dengan keracunan dengan senjata kimia. Salah satu korbannya adalah pengusaha Rusia Roman Abramovich," cuit organisasi itu pada Senin.

“Itu tidak dimaksudkan untuk membunuh, itu hanya peringatan,” kata Grozev kepada WSJ.  

Dia mengatakan dia melihat foto Abramovich dan negosiator Ukraina yang membuatnya mencurigai sebuah serangan, tetapi tidak dapat mengatur sampel pada waktu yang tepat.  

"Pada saat ahli forensik Jerman dapat melakukan pemeriksaan, terlalu banyak waktu telah berlalu untuk mendeteksi racun yang dicurigai," menurut Grozev.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya