Guntur Soekarnoputra (kedua dari kanan) saat menghadiri pelantikan pengurus Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Golden Ball Room Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (26/03)./Ist
Penyelesaian masalah Papua memerlukan dialog hati mengingat permasalahan yang dihadapi wilayah ini sangat komplek. Penting untuk diingat agar kita tidak pernah lelah membangun dialog dan mengesampingkan kekerasan.
Dialog bukan hanya sekadar bertukar pikiran untuk mencari berbagai solusi atas masalah yang komplek tersebut tetapi juga harus bisa diimplementasikan.
Demikian disampaikan Guntur Soekarnoputra dalam pembicaraannya dengan Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Hermawi Taslim di Jakarta, Minggu (27/03).
Hermawi Taslim bertemu putera sulung Presiden Seokarno itu dalam acara pelantikan pengurus Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Golden Ball Room Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (26/03).
Hadir dalam pelantikan itu antara lain Siswono Yudohusodo, pengurus teras PA GMNI Riad Oscar Chalik dan keempat tokoh tersebut duduk pada satu meja.
Menurut Taslim, kehadirannya di Hotel Sultan untuk memenuhi undangan dan dirinya hadir sebagai Ketua Umum Forkoma. Dia duduk satu meja dengan Guntur Soekarnoputra. Dalam pertemuan dengan beberapa tokoh itulah, berbagai persoalan ataupun isu negara menjadi salah satu topik bahasan.
Guntur selama ini dikenal sebagai sosok yang pendiam dan nyaris tidak pernah mengeluarkan komentar apapun tentang karut marut politik di Indonesia. Tapi dalam pertemuan malam itu, mereka yang duduk satu meja dengan Guntur kaget, karena Guntur dengan bersemengat mengomentari masalah Papua.
“Kita semua tahu putera sulung Bung Karno ini sangat pendiam dan sangat mahal memberikan komentar soal isu politik di Indonesia. Namun demikian, pada malam itu, saya dapat melihat passion yang ada dalam diri Mas Guntur soal Papua,†ujar Taslim yang juga Wasekjen Partai Nasdem.
Menurut Taslim, Guntur menghendaki masalah Papua yang komplek diselesaikan dengan dialog meski tidak mudah. Dialog itu hendaknya dilakukan dengan menggunakan hati meski harus dilaksanakan berkali-kali meski tak terhitung.
“Dialog dengan hati harus dikedepankan oleh kita semua untuk menyelesaikan masalah Papua. Alasannya , dialog hati inilah yang dulu menjadi senjata pamungkas Bung Karno tatkala menyelesaikan proses integrasi Papua ke dalam NKRI,†ujar Taslim sebagaimana mengutip ucapan Guntur.
Masih menurut Taslim, Guntur yang akrab dipanggil Mas Tok ini memberi semangat kepada semua pihak yang tergerak hatinya untuk menyelesaikan Papua untuk tidak pernah surut dalam berusaha membangun dialog. Dialog harus menghasilkan jalan keluar dan dialog hati harus menghasilkan cinta, cinta masyarakat Papua terhadap NKRI.
Bagi Hermawi Taslim sendiri, dialog yang terus menerus perlu diperluas ruang lingkupnya dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan juga mencakup masyarakat adat yang bervariasi, pemuka agama, para pemuda/mahasiswa Papua yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
“Yang lebih penting adalah harus ada student exchange atau pertukaran pelajar atau mahasiswa yakni mahasiswa atau pelajar Papua ke berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia dan juga sebaliknya,†tegas Hermawi Taslim.