Aneh bin ajaib adalah kata yang tepat dilekatkan pada fakta pencabutan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng (migor) yang berdampak pada pasokan yang melimpah ruah di banyak retail di Indonesia.
Begitu fakta lapangan yang didapat Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (22/3).
"Setelah satu hari HET dicabut, toko-toko ritel itu kebanjiran pasokan minyak goreng kemasan," ujar Bhima.
Menurut mantan peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini, agak aneh jika kelangkaan minyak goreng yang terjadi selama beberapa bulan ke belakang bisa diatasi tiba-tiba hanya dengan dicabutnya HET.
"Pertanyaannya, selama ini ditahan di titik distribusi mana? Apakah ini ditahan di distributor D1 dan D2?" tanya Bhima.
"Ini kan seharusnya datanya bisa dilacak. Apalagi minyak goreng kemasan ada kode produksi dan
barcode-nya. Ini idealnya bisa dilakukan pelacakan," imbuhnya.
Di samping itu, Bhima juga tak begitu
respect dengan pernyataan Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi, yang mengaku tidak bisa mengatasi mafia pangan yang bermain dengan stok pangan di dalam negeri.
Sebabnya, dia memandang masalah kelangkaan dan lonjakan harga migor seharusnya bisa diatasi secepat mungkin, apabila tugas dan fungsi Kemendag dioptimalkan bersama-sama dengan kementerian lain yang terkait.
"Kalau terjadi mafia pangan yang membocorkan minyak goreng, untuk DMO dibocorkan ke luar negeri, ini pun kan bea cukai bisa bekerjasama dengan Kemendag, kemudian dicocokkan datanya dengan data tujuan ekspor. Apabila terjadi selisih volume maka bisa dilakukan penyidikan dan menyimpulkan bahwa ini terjadi kebocoran," demikian Bhima.