Berita

Menlu Rusia Sergei Lavrov menerima kunjungan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian di Moskow/Net

Dunia

Rusia-Iran Dukung Segera Dimulai Kembali Kesepatakan Nuklir dengan Syarat

RABU, 16 MARET 2022 | 07:00 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rusia mendukung dimulainya kembali implementasi penuh kesepakatan nuklir Iran. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Selasa (15/3) menekankan hal itu sekaligus menyanggah tuduhan AS yang mengatakan bahwa Moskow sengaja memperlambat kebangkitan  Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Sanggahan itu dilontarkan saat ia menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian di Moskow.

Selama pembicaraan keduanya, Lavrov mengatakan bahwa Moskow menunggu Washington untuk kembali ke kerangka hukum perjanjian dan mencabut sanksi yang tidak hanya merugikan Iran tetapi juga negara-negara lain.

"Kami membahas secara rinci situasi saat ini di sekitar Rencana Aksi Komprehensif Gabungan pada program nuklir Iran," kata Lavrov, seperti dikutip dari TASS.

"Kami mendukung kemungkinan dimulainya kembali implementasi penuh perjanjian ini, yang didukung oleh resolusi Dewan Keamanan PBB, berdasarkan keseimbangan kepentingan asli yang terkandung di dalamnya," lanjut Lavrov.

Moskow mengajukan permintaan itu pada pekan lalu di tengah laporan kesepakatan yang akan segera terjadi setelah lebih dari 11 bulan negosiasi.

Dalam konteks tekanan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara-negara Barat, Moskow meminta jaminan tertulis dari Washington bahwa sanksi AS saat ini terhadap Rusia tidak akan mempengaruhi perdagangan, hubungan ekonomi dan investasi, yang melekat dalam JCPOA. Dan sebaliknya bahwa sanksi AS terhadap Rusia tidak akan mempengaruhi kerja sama Rusia dengan Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan permintaan Rusia yang telah diajukan secara resmi itu harus dibahas dalam Komisi Bersama, seperti semua proposal tentang kesepakatan nuklir.

Amerika Serikat menyebut permintaan Rusia untuk mencabut sanksi atas Iran pada menit-menit terakhir sebagai "tidak relevan", sementara negara-negara E3; Prancis, Jerman dan Inggris, telah memperingatkan hal itu dapat menyebabkan gagalnya pembicaraan.

Populer

Jokowi Kumpulkan Kapolda Hingga Kapolres Jelang Apel Akbar Pasukan Berani Mati, Ada Apa?

Kamis, 12 September 2024 | 11:08

Diamnya 4 Institusi Negara Jadi Tanda Akun Fufufafa Milik Gibran

Minggu, 15 September 2024 | 08:14

KPK Ngawur Sebut Tiket Jet Pribadi Kaesang Rp90 Juta

Rabu, 18 September 2024 | 14:21

Kaesang Kucing-kucingan Pulang ke Indonesia Naik Singapore Airlines

Rabu, 18 September 2024 | 16:24

Fufufafa Diduga Hina Nabi Muhammad, Pegiat Medsos: Orang Ini Pikirannya Kosong

Rabu, 18 September 2024 | 14:02

Petunjuk Fufufafa Mengarah ke Gibran Makin Bertebaran

Kamis, 12 September 2024 | 19:48

KAHMI Kumpulan Intelektual Banci?

Sabtu, 14 September 2024 | 14:45

UPDATE

Bareskrim Masih Analisis dan Evaluasi Dugaan Pelanggaran di PON XXI

Sabtu, 21 September 2024 | 03:59

Indonesia dan Jerman Berkolaborasi Hadapi Perubahan Iklim dan Krisis Keanekaragaman Hayati

Sabtu, 21 September 2024 | 03:45

Elektabilitas Dedi-Erwan Capai 77 Persen, MQ Iswara: Alhamdulillah

Sabtu, 21 September 2024 | 03:23

PBB Pastikan Suara Ledakan di Kantor DPP Bukan Teror Bom

Sabtu, 21 September 2024 | 02:58

Baru Bergerak Seminggu Elektabilitas Risma Naik Signifikan

Sabtu, 21 September 2024 | 02:29

Tembus Semifinal China Open 2024, Fikri/Daniel Akui Terlambat Panas

Sabtu, 21 September 2024 | 01:59

Ada Sule dan Iwan Bule dalam Tim Pemenangan Dedi-Erwan

Sabtu, 21 September 2024 | 01:41

Seluruh Venue PON XXI Harus Diaudit Investigasi

Sabtu, 21 September 2024 | 01:19

Polisi Ringkus Sindikat Spesialis Rampok Toko di Jaktim

Sabtu, 21 September 2024 | 00:59

Bertemu dengan Presiden Marcos Jr, Prabowo Akui Filipina Mitra Strategis Indonesia

Sabtu, 21 September 2024 | 00:42

Selengkapnya