Berita

Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule/Net

Politik

Ketum ProDEM: Kalau Usul Tunda Pemilu Disebut Demokrasi, Kenapa Munarman Berpikir Khilafah Didakwa Teroris?

KAMIS, 10 MARET 2022 | 12:58 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Sebuah paradoks sedang terjadi di alam berpikir para elite. Di mana sebuah kebenaran sedang dimonopoli oleh penguasa, sehingga mereka yang berbeda dianggap bersalah. Sekalipun dalam substansi masalah yang sama.

“Sikap yang bertentangan ini lebih tepatnya disebut mencla-mencle,” tutur Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (10/3).

Pernyataan Iwan Sumule ini berkaitan dengan pikiran yang bertentangan dengan konstitusi negara atau UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tapi sikap yang disampaikan oleh pemimpin bertolak belakang.


Pertama tentang tuduhan terhadap mantan Sekretaris Umum FPI Munarman sebagai seorang teroris dan berpikiran untuk mendirikan negara khilafah.

Di pengadilan, Munarman didakwa menggerakkan orang untuk melakukan tindakan teror dan membantu tindakan terorisme. Munarman disebut menghadiri acara baiat kepada ISIS dan Abu Bakar Al Baghdadi di UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

“Munarman sudah membantah. Mantan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI) itu juga bilang, katanya kalau tuduhan tersebut benar, maka sudah banyak korban berjatuhan saat Aksi 212 yang dihadiri para petinggi negara. Logis kan?” tegas Iwan Sumule

Sementara kasus yang kedua, Iwan Sumule mengambil contoh pernyataan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan yang secara terbuka mengusulkan penundaan pemilu ke publik.

Padahal usulan ini jelas-jelas menyimpang dari UUD 1945 dan amanah reformasi. Tapi, oleh Presiden Joko Widodo mereka disebut sebatas menyampaikan pikiran di alam demokrasi.

“Ini ketegasan macam apa dari presiden? Jelas-jelas itu tidak ada di dalam konstitusi, presiden pakai panduan apa?” kesal Iwan Sumule.

“Jika pikiran menunda pemilu bagian demokrasi, semestinya pikiran khilafah juga bagian demokrasi,” tegasnya lagi.

Menurutnya, selama ini yang terjadi selalu mencla-mencle, tidak konsisten, dan tidak memakai panduan konstitusi.

Setiap mereka yang punya pikiran khilafah, oleh penguasa selalu diberi label sebagai terorisme. Sementara usulan yang bertentangan melanggar konstitusi justru disebut bagian demokrasi karena bisa menambah otomatis masa jabatan penguasa.

“Apakah pikiran menunda pemilu dapat dilekatkan dengan makar, kudeta konstitusi? Berpikir khilafah, Munarman didakwa sebagai teroris,” tutupnya.

Munarman akan menghadapi sidang dengan agenda tuntutan di kasus tindak pidana terorisme di Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada Senin (14/3). Tuntutan akan dibacakan langsung oleh jaksa penuntut umum (JPU).

Dalam kasus ini, Munarman didakwa menggerakkan orang untuk melakukan tindakan teror dan membantu tindakan terorisme.

Selain itu, Munarman didakwa menghadiri acara baiat yang sama yang dikemas dalam agenda Tabligh Akbar FPI di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Jaksa penuntut umum mendakwa Munarman telah melanggar Pasal 14 atau Pasal 15 Juncto Pasal 7 Perppu 1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang telah ditetapkan menjadi UU 15/2003 juncto UU 5/2018.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya