Berita

Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam/Net

Politik

Produksi Kebijakan Berpotensi Kucing-kucingan Jika Pemilu Ditunda hingga Pembangunan IKN Rampung

RABU, 02 MARET 2022 | 22:07 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Jangka waktu penundaan Pemilu Serentak 2024 yang diduga berlangsung hingga saat ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur rampung menimbulkan kecurigaan.

Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam meyakini, publik akan berpikir ada agenda politik yang memuluskan perubahan pemilihan presiden (pilpres) apabila pemilu ditunda hingga IKN rampung.

Pasalanya, publik bakal melihat kebijakan yang akan disusun pasca penundaan pemilu bakal dilakukan di IKN baru, dan bakal sulit diawasi secara langsung oleh masyarakat.

"Kalau infrastruktur dasar IKN sudah selesai dalam masa dua tahun penundaan pemilu misalnya, bukan tidak mungkin sidang umum MPR, rapat paripurna DPR, dilakukan di IKN," ujar Khoirul dalam diskusi virtual Paramadina Democracy Forum pada Rabu (2/3).

"Pertanyaan sederhananya, kalau ada suara yang tidak sesuai siapa yang bisa berdemonstrasi di IKN," sambungnya.

Kemungkinan tersebut, menurut Khoirul, jangan sampai mencederai maksud pemindahan IKN yang diharapkan menjadi simbol pembangunan nasional.

"Tetapi pada saat yang sama justru menyabotase pilar demokrasi itu sendiri. Kalau sudah begitu siapa yang bisa berdemonstrasi di sana?" tuturnya.

Oleh karena itu, Khoirul tak bisa memungkiri adanya potensi perubahan kebijakan kepemiluan usai penundaan pemilu, karena masyarakat sudah sering melihat pemerintah saat membuat kebijakan sedikit melibatkan publik.

"Kalau proses pengambilan kebijakan dilakukan kucing-kucingan, dan untuk mengakomodir kepentingan ekonomi politik tertentu, bagaimana selanjutnya kalau proses kebijakan publik ditarik ke ruang gelap, misalnya pengambilan keputusan terkait pilpres secara tidak langsung, itu sangat memungkinkan," tutupnya.

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya