Berita

Presiden Amerika John Tyler yang menjabat pada 1841-1845/Net

Histoire

Ledakan di Atas Kapal USS Princeton 1844, Kesuraman Kepemimpinan John Tyler

SENIN, 28 FEBRUARI 2022 | 06:22 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Hari itu, 28 Februari 1844, langit terlihat cerah. Sebuah peristiwa penting diharapkan akan menandai hari itu sebagai hari yang bersejarah. USS Princeton, sebuah kapal yang baru dirancang untuk Angkatan Laut AS, akan diresmikan dengan perjalanan dari Alexandria, Virginia ke Gunung Vernon, melalui Sungai Potomac.

Namun, tidak seorang pun yang menduga bahwa peristiwa penting itu juga sekaligus menjadi peristiwa yang kelam.

Ratusan masyarakat Washington menyambut hari itu dengan suka cita. Para pejabat menaiki kapal itu, termasuk Presiden John Tyler, Menteri Luar Negeri Abel Upshur, beberapa sekretaris kabinet, dan mantan ibu negara Dolley Madison.

USS Princeton di saat itu adalah kapal perang paling canggih di dunia. Kaptennya, Robert Stockton, berharap bahwa itu akan menjadi pelopor dalam armada bertenaga uap yang tangguh. Itu juga menjadi harapan sang presiden.

Robert Stockton, yang kaya raya dan memiliki hubungan baik dengan presiden, berhasil membujuk Tyler untuk mengizinkannya membangun kapal model baru untuk Angkatan Laut AS. USS Princeton adalah keajaiban teknik modern dan telah diproduksi melalui kemitraan antara Stockton dan John Ericsson, sang perancang kapal pertama Angkatan darat AS, USS Monitor.

Suasana cukup meriah saat kapal menyusuri Sungai Potomac, salah satu sungai yang terletak di Amerika Serikat bagian timur dan memiliki panjang sekitar 652 km. Sungai ini bermuara di tiga negara bagian seperti Carolina Utara, Maryland dan Virginia Barat. Sungai ini merupakan sumber air bersih di tiga negara bagian tersebut.

Salah satu anggota kongres dari Pennsylvania, menggambarkan bahwa suasana cukup meriah dan menyenangkan.

Tyler menjadi Presiden pada tahun 1841 setelah kematian Presiden William Henry Harrison setelah 31 hari menjabat. Tujuan politik utama Tyler adalah pencaplokan Texas. Ia berusaha memfasilitasi ekspansi Amerika dari laut ke laut.

Sang Menlu Upshur yang setia, berharap aneksasi Texas akan melanggengkan perbudakan Amerika dengan menawarkan lebih banyak lahan untuk pertanian. Pada musim dingin tahun 1844, Upshur dan Tyler sedang mempersiapkan sebuah perjanjian yang akan menggabungkan Republik Texas dengan Amerika Serikat.

Princeton membawa meriam baru 12-inci yang disebut Peacemaker.

Sang kapten Stockton ingin mendemonstrasikan senjata baru itu di hadapan para pejabat yang ada di kapal. Co-desainer senjata, John Ericsson, sempat mendebat rencana kapten karena khawatir senjata itu belum cukup diuji. Namun, Stockton bersikeras untuk menembakkan meriam selama pelayaran Potomac.

Tembakan pertama diluncurkan, mengundang tepuk tangan orang-orang yang ada di kapal. Ketika kapal mendekati Gunung Vernon, para tamu mulai menuntut agar Peacemaker menembak sekali lagi, sebagai penghormatan untuk presiden Amerika pertama. Stockton pun setuju. Beberapa pria dan beberapa wanita pergi ke atas geladak untuk melihat meriam yang akan ditembakkan sekali lagi.

Ketika tembakan ketiga diluncurkan, sebuah tragedi pun terjadi. Bagian bawah meriam meledak, dan pecahan besi panas yang mematikan terlempar ke seberang geladak dan ke kerumunan penumpang. Pistol, yang tidak mampu menahan kekuatan tembakan berulang-ulang, telah pecah, mengubah pemandangan perayaan menjadi tempat tragedi.

Delapan tewas mengenaskan, sementara dua puluh lainnya luka-luka. Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa jumlah korban tewas adalah enam, termasuk menlu Upshur, Sekretaris Angkatan Laut Thomas Walker Gilmer, Beverly Kennon, Virgil Maxcy, dan David Gardiner, dan Armistead, pelayan kulit hitam yang diperbudak Presiden Tyler. Tyler sendiri dikabarkan selamat.

Media koran pada keesokan hari penuh dengan kabar ledakan itu, menjadi sebuah keterkejutan yang mengerikan dari tragedi yang tiba-tiba.

“Kecelakaan Mengerikan! Kesuraman Hebat di Washington!” judul sampul depan New York Herald . Intelijen Nasional menulis tentang "Bencana Paling Mengerikan dan Paling Menyesalkan!" dan banyak lagi, seperti dilaporkan History.

Tragedi itu memicu gelombang peristiwa yang tak terduga yang membuat Tyler akhirnya kehilangan masa jabatan kedua. Rencana untuk menambahkan Texas ke dalam Union nyaris gagal, dan membangkitkan dendam yang mendorong negara itu lebih dekat ke perang saudara.

Tyler kemudian menyerahkan Kepresidenan kepada James K. Polk yang pro-aneksasi, yang akan menyelesaikan tugas membawa negara bagian baru ini ke dalam Serikat.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya